tag:blogger.com,1999:blog-25967360688167942862024-03-13T03:35:53.296-07:00PameungpeukSpace Exploration-Garut, West Java, Lapan IndonesiaUnknownnoreply@blogger.comBlogger35125tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-91276449814223228112022-11-10T16:20:00.001-08:002022-11-10T16:21:59.113-08:00Ini Dugaan Penyebab Pembunuhan Jenderal Yaman Versi Partai Kongres<div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkVdo662shNoLA3H-kk6xaZDjmLchtuwhIdzCqMJNIsq3706bfmTaeafLcSQU57vLlIUxjpXKb0lnT0LFeeS-htuQ-SIwJCp1irw48zUXv1zgSUer834_xWS1iA2cKI_SQEcRoVBHsm2be/s1600/1668126046236907-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkVdo662shNoLA3H-kk6xaZDjmLchtuwhIdzCqMJNIsq3706bfmTaeafLcSQU57vLlIUxjpXKb0lnT0LFeeS-htuQ-SIwJCp1irw48zUXv1zgSUer834_xWS1iA2cKI_SQEcRoVBHsm2be/s1600/1668126046236907-0.png" width="400">
</a>
</div>Seorang pemimpin Partai Kongres Rakyat Umum mengungkapkan alasan pembunuhan petinggi militer Yaman Mayor Jenderal Muhammad Al-Jaradi</span><br></div><div>Kamis, 10 November 2022 pukul 12:51 WIB.</div><div><br></div><div>Pengacara mantan Presiden Ali Abdullah Saleh dan ketua Partai Kongres Rakyat Umum, Muhammad Al-Masuri, membeberkan alasan pembunuhan Penasihat Menteri Pertahanan di Kegubernuran Marib, Mayor Jenderal Muhammad Al-Jaradi, bersama salah seorang ajudannya.</div><div><br></div><div>Baca: <b><u><a href="http://indonesia-superpower.blogspot.com/2022/11/ternyata-jenderal-yaman-yang-gugur.html">Ternyata Jenderal Yaman yang Gugur karena Asasinasi Pernah Ikut Perang di Irak Lawan Iran</a></u></b></div><div><br></div><div>Al-Masori mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Hussein al-Houthi yang sudah meninggal dunia pernah mengatakan ... bahwa tentara Yaman akan dihukum karena berpartisipasi dengan saudara-saudara kita dalam perang Irak melawan Iran."</div><div><br></div><div>Dia menambahkan, "Mereka membunuh Brigadir Jenderal yang heroik, Muhammad Al-Jaradi, yang dihormati oleh mendiang Presiden Irak Saddam Hussein, seperti yang Anda lihat di klip."</div><div><br></div><div>Al-Masuri menuduh bahwa milisi Houthi "menghancurkan tentara Yaman dan membunuh banyak pemimpinnya sebagai pembalasan atas (dendam) Iran."</div><div><br></div><div>Kata almarhum Hussain al-Houthi.</div><div>Bahwa tentara Yaman akan dihukum karena berpartisipasi dengan saudara-saudara kita dalam perang Irak melawan Iran.</div><div><br></div><div>Hari ini, mereka membunuh Brigadir Jenderal Muhammad Al-Jaradi yang heroik, yang dihormati oleh mendiang Presiden Irak Saddam Hussein, seperti yang Anda lihat di klip.</div><div><br></div><div>Mereka menghancurkan tentara Yaman dan membunuh banyak pemimpinnya sebagai pembalasan atas Iran. #Houthi_Iranian, tulisnya di akun <span style="letter-spacing: 0.2px;">@Lawmohyemen pada10 November 2022</span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><br></span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;">Pernyataan ini seakan menepis tuduhan Partai Islah atau Reformasi yang menyebut justru orang-orang Partai Kongres lah yang bertanggung jawab atas pembunuhan Al Jaradi tersebut.</span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><br></span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;">Tuduhan itu khususnya dialamatkan kepada Partai Kongres Rakyat Umum versi Uni Emirat Arab yang dipimpin anak dari Abdullah Saleh, Ahmad Saleh.</span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><br></span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;">Di pemerintahan Yaman yang sah, Partai Kongres versi UAE diwakili oleh Tarik Saleh, kemenakan Abdullah Saleh, yang duduk sebagai anggota Dewan Presidium Yaman (PLC) yang diketuai oleh Presiden Rashad Al Alimi.</span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><br></span></div><div>Baca: <b><u><a href="http://dhaj-news.blogspot.com/2022/11/media-houthi-pamer-popularitasnya.html">Houthi Pamer Popularitas Lebih Tinggi dari Partai Kongres dan Reformasi</a></u></b></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><br></span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;">Rashad Al Alimi sendiri dianggap merupakan perwakilan Partai Kongres versi Riyadh yang sebelumnya dipimpin oleh Mayjen Ali Mohsen Al Ahmar, mantan wapres era Abd Rabbuh Mansour Hadi.</span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><br></span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;">Sementara Partai Kongres versi Sanaa, pecahan dari Abdullah Saleh yang telah dieksekusi Houthi, tetap mendukung kelompok Houthi dan berbagai kekuasaan 50-50 di Sanaa. Bahkan Perdana Menteri versi pemerintahan Houthi di Sanaa dipegang oleh kader Partai Kongres, Abdel A</span><span style="letter-spacing: 0.2px;">ziz ben Habtour.</span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;"><br></span></div><div><span style="letter-spacing: 0.2px;">Meski Partai Kongres telah terpecah toga, namun ketiganya sering melakukan pertemuan di Mesir untuk menyatukan visi dan misi bersama menghadapi volatilitas politik Yaman.</span></div><div><br></div><div><b><u><a href="https://adengad.net/posts/648823">Baca selanjutnya</a></u></b></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-71927889453613276012013-09-26T04:18:00.001-07:002013-09-26T04:18:14.934-07:00R-80: Kisah Awal Bos Sriwijaya Air Beli Pesawat Buatan BJ Habibie<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEzJ2TcZZYaAEPLV2utsXzLeMx0BTy3ZhU2r_6_wAsu2I9GG4UDHNbKfpS-SF__gDvCslkYUoOtsl6J20MTF1Yz8jVfJrnl1bTIHRQe-Tkb7pFRJ0e5D-9ELOdyrZaYHQp3MccsMc15M_K/s1600/cr7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEzJ2TcZZYaAEPLV2utsXzLeMx0BTy3ZhU2r_6_wAsu2I9GG4UDHNbKfpS-SF__gDvCslkYUoOtsl6J20MTF1Yz8jVfJrnl1bTIHRQe-Tkb7pFRJ0e5D-9ELOdyrZaYHQp3MccsMc15M_K/s320/cr7.jpg" width="216" /></a></div>
Anak usaha dari Sriwijaya Air, yaitu NAM Air berkomitmen membeli pesawat buatan PT Ragio Aviasi Industri (RAI) milik mantan Presiden BJ Habibie. BJ Habibie dan putranya yang juga Komisaris PT RAI, Ilham A.Habibie sedang membangun pesawat baling-baling terbaru yang dinamai R-80.<br />
<br />
Presiden Direktur Sriwijaya Air Chandra Lie membeberkan kisah awal pihaknya mau membeli pesawat buatan PT RAI. Saat itu, ia bertemu BJ Habibie 3 tahun lalu saat istri Habibie, Ainun Habibie meninggal dunia.<br />
<br />
"Tiga tahun yang lalu setelah ibu Ainun meninggal saya bersama komisaris utama dipanggil untuk menemani beliau berbincang-bincang. Supaya beliau tidak terlalu sedih," kisah Chandra saat acara Press Conference Grand Launching NAM Air di Jakarta Theater, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (26/9/2013).<br />
<br />
Ia mengaku ingat betul, saat itu Habibie bercerita bahwa dirinya ingin mendapat dukungan atas hasil jerih payahnya membuat pesawat terbang. Ia ingin didukung oleh maskapai penerbangan dalam negeri.<br />
<br />
"Dia mengatakan, saya ingin menciptakan pesawat terbang. Bagaimana dari pihak teman-teman saya mendukung saya. Dulu saya mau bikin distop IMF. Tapi bagaimana teman-teman saya mendukung saya. Pak Cahndra Lie dan Hendra Lie bisa mendukung saya," katanya.<br />
<br />
Singkat cerita, waktu berlalu akhirnya Chandra Lie setuju untuk membeli pesawat terbang yang diciptakan oleh perusahaan Habibie. Pesawat tersebut bernama R-80 dengan kapasitas 80 penumpang.<br />
<br />
"Saya diberitahu bahwa PT RAI dibangun dan ingin menciptakan pesawt R-80. Saya pulang dari Eropa saya datang ke rumah putra bangsa kita mantan Presiden kita Pak BJ Habibie. Dia masih menggebu-gebu menceritakan. Saya bilang Pak Habibie saya mau membeli pesawat ini, saya ingin bangsa ini terkenal. Saya yakin," ungkapnya menggebu-gebu.<br />
<br />
Kemudian, Presdir Sriwijaya Air ini berniat membeli pesawat R-80 untuk Sriwijaya Air ataupun NAM Air.<br />
<br />
"Penciptaan R-80 ini saya ingin men-support dari pihak Sriwijaya dan Nam Air untuk menggunakan produk dalam negeri. Dan di jajaran pemegang saham berkomitmen untuk membeli pesawat itu. Produk ini saya yakin, saya bisa merajut negara kepulauan ini menjadi satu. Kami ingin mempunyai feeder pesawat kecil," jelasnya.<br />
<br />
Sesuai perjanjian yang akan ditandatangani, NAM Air akan mulai mendatangkan pesawat tersebut pada tahun 2018. NAM Air berkomitmen untuk membeli 100 unit pesawat karya anak bangsa tersebut. "Harganya belum kami negosiasikan, tapi kami sudah berkomitmen," tutupnya.<br />
<br />
<a href="http://finance.detik.com/read/2013/09/26/174947/2370617/1036/kisah-awal-bos-sriwijaya-air-beli-pesawat-buatan-bj-habibie?f9911013">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-29895326228960875012013-09-14T09:29:00.000-07:002013-09-14T09:29:40.360-07:00Siapa Bilang Indonesia Tidak Bisa Buat Pesawat Sekelas Airbus dan Boeing<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCjRe9Rfc2MDLNFWmKlhjF4HuFeZ5F6RQ8mz7QTorB0PSClAMu40XsqgD3_Jta5P_R4LW2uSiaj0s6CEmGqOojKYxiboNa4qfL-oD2km1K9ZTXomHPVbKjKxflZnlxnx7MEWl1bXetKSVd/s1600/baikal.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="433" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCjRe9Rfc2MDLNFWmKlhjF4HuFeZ5F6RQ8mz7QTorB0PSClAMu40XsqgD3_Jta5P_R4LW2uSiaj0s6CEmGqOojKYxiboNa4qfL-oD2km1K9ZTXomHPVbKjKxflZnlxnx7MEWl1bXetKSVd/s640/baikal.JPG" width="640" /></a></div>
Tidak sedikit yang masih meragukan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dalam membuat pesawat sekelas Airbus dan Boeing. Padahal sebenarnya PT DI yang memiliki banyak ahli-ahli pesawat terbang sangat bisa membuat pesawat seperti Airbus dan Boeing. Pertanyaannya boleh apa tidak?<br />
<br />
"Siapa bilang kita tidak bisa buat pesawat seperti Airbus atau Boeing? Jawabannya sangat bisa. Tapi mau atau boleh kita buat? Siapa yang mau beli?," kata Vice President Corporate Communication PT DI, Sonni Ibrahim kepada detikFinance, di The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).<br />
<br />
Pertama, dulu Indonesia punya N250 banyak yang menentang keberadaanya. "Itu pesawat sangat bagus, irit, cepat, muat banyak orang. Tapi apa yang terjadi, tanpa alasan yang logis IMF meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan proyek tersebut sebagai salah satu syarat untuk membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi," ucapnya.<br />
<br />
Selain itu, pasar laris manis produk PT DI bukan disana. "Pasar kita sudah jelas, di kelas Medium-Heavy multi roles transport, medium multii roles transport, light, Far/CASR light. Belum sampai ke sipil," ujarnya.<br />
<br />
Pasar pesawat PT DI di Asia Pasifik sangat luas. "Dan jika PT DI masuk ke pasar Airbus dan Boeing, apakah mereka diam saja? Tentu tidak," katanya.<br />
<br />
Namun walau PT DI tidak membuat pesawat besar sekelas Airbus A380, A320 atau Boeing B747-200/400.<br />
<br />
"Tetapi PT kami membuat komponen di pesawat-pesawat Airbus A380/A320/A321/A350. Ada pula kita buat komponen tooling dan airframe Boeing B 747/B-777/B-787, Euurocopter MK-II, Airbus Military di CN235/C295 dan C212-400," ungkap Sonni.<br />
<br />
"Tidak hanya itu, kita juga melakukan providing maintenance, overhaul, repair, alteration di helikopter BELL 412, Boeing 737-200/300/400/500/A320.F100, F27 dan banyak lagi, so, bukan kita tidak bisa," tandasnya.<br />
<br />
Sumber: <a href="http://finance.detik.com/read/2013/03/28/073316/2205765/1036/siapa-bilang-indonesia-tidak-bisa-buat-pesawat-sekelas-airbus-dan-boeing">Detik</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-31377179805628144242013-09-14T09:23:00.001-07:002013-09-14T09:23:13.754-07:00BPPT: Orang RI Sanggup Bikin Pesawat Jet Sekelas Boeing 737 (Buktikan!!)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEzJ2TcZZYaAEPLV2utsXzLeMx0BTy3ZhU2r_6_wAsu2I9GG4UDHNbKfpS-SF__gDvCslkYUoOtsl6J20MTF1Yz8jVfJrnl1bTIHRQe-Tkb7pFRJ0e5D-9ELOdyrZaYHQp3MccsMc15M_K/s1600/cr7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEzJ2TcZZYaAEPLV2utsXzLeMx0BTy3ZhU2r_6_wAsu2I9GG4UDHNbKfpS-SF__gDvCslkYUoOtsl6J20MTF1Yz8jVfJrnl1bTIHRQe-Tkb7pFRJ0e5D-9ELOdyrZaYHQp3MccsMc15M_K/s640/cr7.jpg" width="432" /></a></div>
Indonesia dinilai memiliki kemampuan untuk membuat pesawat. Seperti pesawat bermesin jet komersial.<br />
<br />
Hal ini pernah dilakukan saat proses pengembangan dan produksi pesawat bermesin jet N2130. Pesawat ini setara dengan pesawat komersial asal pabrikan Boeing tipe 737.<br />
<br />
"Mungkin sekali, kenapa nggak mungkin (buat pesawat). Dulu itu N2130 pesawat jet. Kalau itu tidak tertunda karena krisis itu sudah jadi sekarang. Kita memiliki persyaratan untuk menjadi negara kuat dalam teknologi kedirgantaraan," ucap Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan A. Iskandar di sela acara Technopreneurship Champ di Puspitek Serpong, Tangerang, Selasa (10/9/2013).<br />
<br />
Diakui Marzan, tenaga ahli BPPT juga pernah terlibat dalam pengembangan pesawat baling-baling asli buatan Indonesia seperti N250 yang dikembangkan saat zaman BJ Habibie. Hingga pesawat penumpang versi terbaru yang akan diluncurkan Indonesia, N219.<br />
<br />
"Itu kan BBPT semua. Kapasitas pak Habibie dulu merangkap jabatan sebagai kepala BPPT, Menristek, direktur utama PTDI untuk membuat program itu terintegrasi yang memanfaatkan SDM BPPT juga," sebutnya.<br />
<br />
Sumber: <a href="http://finance.detik.com/read/2013/09/10/144723/2354541/1036/bppt-orang-ri-sanggup-bikin-pesawat-jet-sekelas-boeing-737">Detik</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-58930475315935008632013-09-14T09:14:00.001-07:002013-09-14T09:16:03.649-07:00Pantau Cuaca, Indonesia akan Buat Satelit Senilai Rp 2 Triliun<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5yG4g5SP55yOubgnIBQCf09iYnaejoRP_nTyQk6hxzc9cc5GwOJ1YX2BHCKTRpqOuizE42aHtU2rYGJecdz2x4G1pL4TjaVF7ChoHl13fxP6tMoLJy69CUQN0CmynGmqrbwqZJxWHtXij/s1600/lapan13.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5yG4g5SP55yOubgnIBQCf09iYnaejoRP_nTyQk6hxzc9cc5GwOJ1YX2BHCKTRpqOuizE42aHtU2rYGJecdz2x4G1pL4TjaVF7ChoHl13fxP6tMoLJy69CUQN0CmynGmqrbwqZJxWHtXij/s640/lapan13.jpg" width="451" /></a></div>
Untuk memantau perubahan iklim saat ini dibutuhkan teknologi antariksa. Salah satunya, satelit metrologi. Namun, hingga saat ini Indonesia belum memiliki satelit tersebut.<br />
Menurut Kepala Lapan, Bambang Tejasukmana, Indonesia akan membuat satelit dengan kapasitas yang lebih besar, yakni mencapai 1 ton. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun satelit ini, mencapai Rp 2 triliun. Karena anggarannya besar, saat ini pemerintah sedang mencari industri yang akan membuat satelit tersebut.<br />
''Satelit ini, dibuat untuk penginderaan jarak jauh berbagai misi. Bisa untuk ketahanan pangan, pemantauan panen, hutan, memantau daerah aliran sungai dan lain-lain,'' kata Bambang di acara Konferensi Internasional tentang Aplikasi Teknologi Antariksa untuk Perubahan Iklim, Senin (2/9) .<br />
Menurut Bambang, satelit tersebut ditargetkan bisa dibuat pada 2019. Saat ini, masih dalam tahapan pengembangan Lapan. Indonesia, membuat ini karena ingin mengembangkan satelit yang lbh kuat.<br />
Bambang mengatakan Lapan ditunjuk sebagai lembaga teknis untuk pembuatan satelit ini. Tapi, ini adalah proyek nasional Indonesia. Saat ini, pemerintah masih mencari industri yang akan menjalankan proyek ini.<br />
Lantaran kapasitasnya sudah 1 ton diperlukan investasi yang tinggi maka industri yang harus mengerjakan. Selama ini, Lapan hanya membuat satelit kapasitas kecil dengan investasi sekitar Rp 50 miliar.<br />
''Industri nasional yang punya potensi menggarap ini, PT Len dan PT DI. Itu potensi, nanti kita pilih siapa yang akan buat satelitnya,'' ujar Bambang. <br />
Dikatakannya, Indonesia sampai saat ini belum memiliki satelit metrologi. Jadi, satelit berkapasitas besar tersebut harus dikembangkan. Beberapa satelit yang sudah dibuat Lapan, adalah satelit Tubsad kapasitas 57 kg. Lalu, sekarang Lapan sedang membuat satu satelit lagi di Bogor.<br />
Rencananya, satelit bernama Lapan A2 ini akan diluncurkan dengan menggunakan satelit India tahun depan. Kapasitasnya, naik sedikit dari berat satelit sebelumnya yang hanya 57 kg. Satelit ini akan dilengkapi dengan sensor untuk memantau pergerakan kapal dilaut yang dikenal dengan automatic indentification sistem (AIS).<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/13/09/02/mshpa1-indonesia-akan-buat-satelit-senilai-rp-2-triliun">ROL</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-53040819001196990982013-09-14T09:04:00.001-07:002013-09-14T09:06:21.861-07:00Gagal kerjasama dengan Israel, India akan buat rudal MRSAM sendiri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS9FM7P4-UL-jr7004NixGjApnLGSAHiUQW9h4S47VSkJUMXuXL-8u7yKuDYtT8Fwqv5aCYiRaacVrzLq68EHlffGCR-IxVt9gIHwkDJpw8SsOQsYL7BaIKuD2O48kXXiqWMMJBqaJhIau/s1600/pamen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS9FM7P4-UL-jr7004NixGjApnLGSAHiUQW9h4S47VSkJUMXuXL-8u7yKuDYtT8Fwqv5aCYiRaacVrzLq68EHlffGCR-IxVt9gIHwkDJpw8SsOQsYL7BaIKuD2O48kXXiqWMMJBqaJhIau/s320/pamen.jpg" width="320" /></a></div>
Walaupun sudah mempunyai program pengembangan misil darat ke udara, Medium Range Surface-to-Air Missile (MRSAM), dengan Israel berniali US$2 miliar, India tetap ini membeli lagi MRSAM untuk menggantikan stok rudal Pechora buatan Rusia milik mereka.<br />
<br />
Defense News (12/9) melaporkan, sumber mengatakan organisasi pertahanan India (DRDO) akan melakukan pembelian lain, karena proyek dengan Israel belum mengalami kemajuan sampai sekarang.<br />
<br />
India akan membuat rudal sejenis buatan dalam negeri dengan bantuan perusahaan dalam negeri Bharat Electronics Ltd., Larsen & Toubro, Tata Power SED, Punj Lloyd, Bharat Forge, Mahindra Defense Systems dan Data Patterns India.<br />
<br />
Program ini akan bernama 'Buy and Make India' dan kemungkinan akan bekerjasama dengan Amerika Serikat, Peancis, Rusia atau Korea Selatan.<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.defensenews.com/article/20130912/DEFREG03/309120008/India-Hedges-its-Bets-by-Looking-Homegrown-Surface-air-Missiles">Defense News </a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-86400484694638418302013-09-12T23:33:00.001-07:002013-09-13T00:33:58.431-07:00Ayoo Bangun N-2130 dengan Crowdfunding<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiksgulyOG1ajQ9vEItV5hxLzTRonsn2_rKqVWKk4F0tyWmDAA8iKmqIukiXO7crJ_T8wvJBbIJOpI3ue_S2nAAhSpfxOlqP1BiLnwi3F9QIDGWFl3T_hfcp4Dz5ZBlXoZyFUkqXTop_b6U/s1600/bppt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiksgulyOG1ajQ9vEItV5hxLzTRonsn2_rKqVWKk4F0tyWmDAA8iKmqIukiXO7crJ_T8wvJBbIJOpI3ue_S2nAAhSpfxOlqP1BiLnwi3F9QIDGWFl3T_hfcp4Dz5ZBlXoZyFUkqXTop_b6U/s320/bppt.jpg" width="320" /></a></div>
Mungkin berita ini cocok ditujukan kepada penggagas atau para ahli Indonesia yang membutuhkan dana untuk memproduksi massal hasil karyanya. Ayooo buat N2130 dengan crowdfunding<br />
<br />
Dahsyatnya Investasi Rakyat: Crowdfunding Solusi Dana Terbatas<br />
<br />
SEDIKIT demi sedikit lama-lama jadi bukit, itulah mungkin pepatah yang pas untuk menggambarkan kedahsyatan investasi rakyat yang sering disebut dengan istilah crowdfunding.<br />
<br />
Situs fastcompany.com, Kamis (5/9) melaporkan crowdfunding saat ini menjadi solusi paling jitu mengatasi keterbatasan dana pada dunia riset akibat pendanaan yang terpotong karena krisis ekonomi.<br />
<br />
Dalam artikel berjudul 'Georgia Tech Launches Its Own Crowdfunding Site For Science Research' disebutkan Ilison Jo Mercer, seorang peneliti di Georgia Tech mengatakan pihaknya sudah membuat situs internet menampung pendanaan publik untuk membiayai berbagai riset yang mereka lakukan. Lembaga ini menghasilkan produk inovatif mulai dari alat pancing sampai penunjuk jalan berbasis GPS.<br />
<br />
Mereka beralih ke pendanaan rakyat karena pemerintah Amerika Serikat melakukan berbagai penghematan. "Dana riset dipotong, dipotong dan dipotong," kata Mercer kepada Fast Company.<br />
<br />
Pendanaan Crowdfunding bukanlah fenomena baru apalagi dengan mencuatnya inovasi bisnis Patungan Investasi ala penceramah Yusuf Mansyur. Di AS, investasi bernuansa donasi dan sumbangan ini sudah dilakukan oleh Kickstarter dan Indiegogo. Diperkirakan, tahun lalu kedua lembaga pengelola dana crowdfunding ini berhasil mengumpulkan dana masyarakat, untuk membiayai proyek-proyek unggulannya, sebesar US$2,7 miliar. Investor dijanjikan balik modal setelah kira-kira 10 tahun.<br />
<br />
Mercer mendapat ide: Kenapa rakyat tidak diundang saja untuk mendanai sains, juga? Perusahaan inipun meluncurkan situs 'Georgia Tech Starter' pada Senin lalu.<br />
<br />
Pemotongan dana riset oleh pemerintah membuat berbagai lembaga resmi menggali potensi crowdfunding. Universitas Arizona dan Universitas Virginia bekerjasama meluncurkan situs bernama Useed, untuk mendanai riset mereka. Universitas Vermont juga dengan berbagai partner lainnya mempunyai Launcht. Bahkan ada juga yang menggunakan crowdfunding untuk riset antariksa seperti Univeritas Utah dengan RocketHub-nya.<br />
<br />
Yang mengherankan, sektor pertanian juga mulai ikut meraup dana dari cara ini. Dalam artikel 'The future for farms? Crowd funding cows and milk" di MSN News, Rabu (4/9) disebutkan kiprah Paul Greive, pengelola perusahaan susu sapi, Primal Pastures, yang dapat melakukan ekspansi usahanya berkat pendanaan publik ini.<br />
<br />
Belajar dari ide bisnis Yusuf Mansyur dan situs-situs crowdfunding lainnya, terlihat bahwa investasi model seperti ini diminati karena investor tidak terlalu repot menginvestasikan dananya karena menggunakan internet. Minimal dana juga sangat kecil. Sehingga, generasi pengguna internet yang terbiasa dengan pendanaan dunia maya seperti google adsense, paypal maupun uang elektronik lainnya, akan lebih nyaman ikut serta.<br />
<br />
Kelebihan lainnya adalah, investor dapat memilih proyek-proyek apa saja yang ingin mereka danai atau donasikan. Ada nuansa perjuangan dan gotong-royong. Bia di AS, crowdfunding digunakan mendanai perusahaan-perusahaan riset, energi surya, peluncuran roket ke antariksa bahkan kampanye politik, maka tidak mustahil suatu saat proyek-proyek nasional seperti pembuatan N-2130, N-250, pertambang, properti, pertanian dan kehutanan rakyat serta program-program Roket Pembawa Satelit (RPS) Lapan dapat didanai dengan sistem ini.<br />
<br />
Proyek-proyek prestisius dan mercusuar yang ogah didanai perbankan dan lembaga keuangan resmi, dapat dengan mudah diatasi dengan pendanaan publik yang selama ini menyukainya.<br />
<br />
Crowdfunding juga membutuhkan lembaga atau sosok yang dipercaya untuk meyakinkan massa. Di Indonesia, sebenarnya sistem ini sudah lama digunakan khususnya dalam momen penarikan dana melalui pesan singkat (SMS) yang berbiaya khusus, pada acara-acara televisi maupun hiburan lainnya.<br />
<br />
Pada tahun 1989, masyarakat Sumatera Barat juga pernah menggalakkan crowdfunding Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang) untuk tujuan pengembangan ekonomi lokal. Saat ini, gerakan sosial ini telah menjadi semacam perusahaan holding yang mempunyai cabang di berbagai provinsi. Gerakan ini juga mengilhami gerakan sejenis di komunitas-komunitas lainnya di Indonesia.<br />
<br />
"Crowdfunding memberikan ruang pendanaan yang lebih luas kepada organisasi, lembaga sosial dan proyek-proyek sipil, dengan memotong keribetan teknik-teknik fundraising tradisional," tulis sebuah artikel "How crowdfunding drives development" di The Guardian, Rabu (4/9).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9DcDSd1x-zkNafs0iAtA2SSDYDcixM49EiXItxQwPb-njXefbh4Db2uKCU5mXlg6BJiH7wUDsDto-j4cG0eY7T-J3BBwxWhUtHvfzwfG6x0u0CQ6d9i5ZcO5OpNIzi1oTHTAADgBO7Ne6/s1600/cr7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9DcDSd1x-zkNafs0iAtA2SSDYDcixM49EiXItxQwPb-njXefbh4Db2uKCU5mXlg6BJiH7wUDsDto-j4cG0eY7T-J3BBwxWhUtHvfzwfG6x0u0CQ6d9i5ZcO5OpNIzi1oTHTAADgBO7Ne6/s320/cr7.jpg" width="216" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEDUkRTJmBN1W0ht8sMiiSSZtOSiWnxG_F0WgqdwsOQezU3NsJ2Az1OSBKyXuaO9i0ibfwcp3_r9Qe-i1ffzPuHdhbufEHt5_zne-0-aFaIJC-X-9IKonfp80okPURit1SQyzPjoG2DUfb/s1600/cr2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEDUkRTJmBN1W0ht8sMiiSSZtOSiWnxG_F0WgqdwsOQezU3NsJ2Az1OSBKyXuaO9i0ibfwcp3_r9Qe-i1ffzPuHdhbufEHt5_zne-0-aFaIJC-X-9IKonfp80okPURit1SQyzPjoG2DUfb/s320/cr2.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2wv_eVjRZe01lxV-kLYQPB-YycEzJ0iOPfJSeRGmJR0UNapzj2rGerLytuizd8ivooFiJDrblZXJwaLyInFrqBzp27BClUxsWfRabOkDbW-fjxod6K14RJFnGBA0YXrxCQlNgdXJAoy2G/s1600/cr3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="219" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2wv_eVjRZe01lxV-kLYQPB-YycEzJ0iOPfJSeRGmJR0UNapzj2rGerLytuizd8ivooFiJDrblZXJwaLyInFrqBzp27BClUxsWfRabOkDbW-fjxod6K14RJFnGBA0YXrxCQlNgdXJAoy2G/s320/cr3.png" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEJWXe8FinBQ6fMOZVbkbK2EI0izCNbqnc77v57WwVfiJOgzPhfyeyGgivYtE9CcQTKcsNM_LNfFX5GhfU44GbEU7fS-0I7byNGUwngBrLx1-27JqbB6lnKJOEKIgQH_RM9XvR8LbxKufU/s1600/cr6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEJWXe8FinBQ6fMOZVbkbK2EI0izCNbqnc77v57WwVfiJOgzPhfyeyGgivYtE9CcQTKcsNM_LNfFX5GhfU44GbEU7fS-0I7byNGUwngBrLx1-27JqbB6lnKJOEKIgQH_RM9XvR8LbxKufU/s320/cr6.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOt-t7F-QtaMnDBpcfFTCtdg23iCDb5OI-DOy4LEOvLXoWd0HeArsE0Af_UrAzYeRDxptvxgyRklmMtnmbGNvEXFtpq5J7s7M4ULU-YE6hUwWJFP_9UDHDF1eYS8_FmMwQ3lY7te0HYW8q/s1600/cr.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="161" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOt-t7F-QtaMnDBpcfFTCtdg23iCDb5OI-DOy4LEOvLXoWd0HeArsE0Af_UrAzYeRDxptvxgyRklmMtnmbGNvEXFtpq5J7s7M4ULU-YE6hUwWJFP_9UDHDF1eYS8_FmMwQ3lY7te0HYW8q/s320/cr.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.jurnas.com/news/105761/Dahsyatnya_Investasi_Rakyat:_Crowdfunding_Solusi_Dana_Terbatas/1/Nasional/Politik-Keamanan">Jurnas</a><br />
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-77866956729628120872013-09-12T21:53:00.000-07:002013-09-12T21:54:54.621-07:00Voyager Masuki Ruang Interstellar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS9FM7P4-UL-jr7004NixGjApnLGSAHiUQW9h4S47VSkJUMXuXL-8u7yKuDYtT8Fwqv5aCYiRaacVrzLq68EHlffGCR-IxVt9gIHwkDJpw8SsOQsYL7BaIKuD2O48kXXiqWMMJBqaJhIau/s1600/pamen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS9FM7P4-UL-jr7004NixGjApnLGSAHiUQW9h4S47VSkJUMXuXL-8u7yKuDYtT8Fwqv5aCYiRaacVrzLq68EHlffGCR-IxVt9gIHwkDJpw8SsOQsYL7BaIKuD2O48kXXiqWMMJBqaJhIau/s320/pamen.jpg" width="320" /></a></div>
WAHANA antariksa Voyager 1 dilaporkan telah keluar dari sistem tata surya dan memasuki ruang interstellar. Posisi wahana milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ini menjadi perdebatan panjang sebelumnya, khususnya mengenai batas tata surya. Berlayar sejauh 1 miliar mile, wahana yang diluncurkan tahun 1977 ini dianggap merupakan salah satu kedigdayaan teknologi AS.<br />
<br />
Pesawat in meluncur 37.000 mile per jam dan membutuhkan 17 jam agar komunikasinya sampai ke bumi, melalui jaringan komunikasi Deep Space Network (DSN). Selain AS, negara China, Rusia, Eropa dan India juga mempunyai DSN sendiri. DSN India berpusat di Byalalu, Bangalore.<br />
<br />
Selain interstellar probe, tantangan bagi ilmuwan ke depannya adalah mengirimkan wahana yang dapat berkelana antar galaksi atau dikenal dengan istilah intergalactic probe.<br />
<br />
"Ilmu yang kami dapatkan kembali dari Voyager, akan mengubah apa yang kita tahu mengenai jagat raya, karena kita tidak tahu banyak mengenai luar sistem tata surya. Kita belum pernah ke sana sebelumnya," kata David Alexander, kepada Institut Antariksa di Rice University, dilansir ABC News, Jumat (13/9).<br />
<br />
Untuk mendukung misi dalam waktu panjang, Voyager 1 menggunakan tiga generator nuklir termoelektrik radioisotop (RTG). Setiap MHW-RTG berisi 24 oksida plutonium-238. Ketiga generator RTGS itu menghasilkan 470 watt tenaga listrik pada saat peluncuran, dengan sisanya hilang sebagai limbah panas.<br />
<br />
Output energi RTGS mengalami penurunan dari waktu ke waktu (berkurang separuh setiap 87,7 tahun), tetapi RTGS dari Voyager 1 akan terus mendukung beberapa operasinya sampai sekitar tahun 2025.<br />
<br />
"Ini merupakan langkah bersejarah dan membuatnya lebih menarik karena menandai permulaan era eksplorasi Voyager, sebuah eksplorasi antariksa di antara bintang-bintang," kata Ed Stone, ilmuwan proyek Voyager, sebagaimana dilansir CBS News, Jumat (13/9).<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.jurnas.com/news/106939/Voyager_Masuki_Ruang_Interstellar/1/Internasional/Amerika">Jurnas</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-60200863285280343672012-11-29T08:47:00.000-08:002012-11-29T08:48:02.173-08:00Wah... UAV Indonesia Dipasang Rudal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menghadiri uji terbang Pesawat Tanpa Awak (Unamed Aerial Vehicle) yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sesuai pantauan, Menhan Purnomo ketika sampai langsung melihat pesawat tanpa awak, sebanyak enam buah yang dipajang di Base Ops Pangkalan TNI AU, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (10/10/2012). Menhan ditemani oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat dan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta yang juga melihat bagaimana pesawat tanpa awak ini terbang. Seperti diketahui, pesawat tanpa awak ini merupakan hasil pengembangan dalam negeri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiksgulyOG1ajQ9vEItV5hxLzTRonsn2_rKqVWKk4F0tyWmDAA8iKmqIukiXO7crJ_T8wvJBbIJOpI3ue_S2nAAhSpfxOlqP1BiLnwi3F9QIDGWFl3T_hfcp4Dz5ZBlXoZyFUkqXTop_b6U/s1600/bppt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiksgulyOG1ajQ9vEItV5hxLzTRonsn2_rKqVWKk4F0tyWmDAA8iKmqIukiXO7crJ_T8wvJBbIJOpI3ue_S2nAAhSpfxOlqP1BiLnwi3F9QIDGWFl3T_hfcp4Dz5ZBlXoZyFUkqXTop_b6U/s640/bppt.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pesawat ini dapat dipergunakan untuk kepentingan militer dalam hal pengamatan wilayah. Diharapkan pesawat tanpa awak ini dapat dikembangkan menggantikan pesawat tempur atau biasa disebut dengan Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV). Pesawat terbang tanpa awak produksi BPPT ini, khususnya model Wulung, memiliki spesifikasi dan kemampuan yang tidak kalah dengan produk luar negeri. Dengan bentangan sayap sepanjang 6,36 meter, panjang 4,32 meter, tinggi 1,32 meter serta berat 120 Kg ini sangat efektif untuk misi pemotretan udara pada area yang sangat luas serta pengukuran karakteristik atmosfer.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTCg9dCmu_8bIwCIqAQBOwa38ZGer_sZ2CyhX6EU555zCYeLBbAp0ewOpJCO06O6i_jw8KoOqLY4ZpH-D-95HtoV6T7Q3l5V-Rm0n17RSzkv3necBHyWttOFCj2vKi06JKy7mxmngUIxz8/s1600/bppt2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTCg9dCmu_8bIwCIqAQBOwa38ZGer_sZ2CyhX6EU555zCYeLBbAp0ewOpJCO06O6i_jw8KoOqLY4ZpH-D-95HtoV6T7Q3l5V-Rm0n17RSzkv3necBHyWttOFCj2vKi06JKy7mxmngUIxz8/s640/bppt2.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bila Dana Kurang, Prioritaskan Tambahan Anggaran Pengembangan UAV Pameran dan uji terbang Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilaksanakan di Base Ops Pangkalan TNI AU, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2012) bertepatan dengan kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kedatangan Presiden dari Yogyakarta, usai melantik Gubernur DIY, Sri Sultan X</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hamengkubuwono ini memang tidak direncanakan. Presiden tiba di Landasan Udara Base Ops pangkalan TNI AU sekitar pukul 10.15 WIB. Setelah mendarat, Presiden yang ditemani Ibu Negara, Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono dan Menteri ESDM, Jero Wacik langsung melihat PUNA Wulung Yang terparkir di pinggir lapangan udara. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah diuji terbang?" tanya Presiden kepada Kepala BPPT, Marzan Aziz Iskandar yang tengah memberikan penjelasannya. Menhan Purnomo yang juga berada di lokasi terlebih dahulu menjelaskan kepada Presiden, bahwa PUNA ini akan menjadi salah satu kekuatan pertahanan udara untuk mempertahankan kedaulatan NKRI. "Ini bagus. Saya ucapkan selamat kepada yang membuat, mendesain dan meneliti pesawat ini," kata SBY. Presiden juga sempat menanyakan apakah masih cukup dana pengembangan PUNA ini. Marzan pun mengungkapkan dananya masih cukup. "Nanti kalau masih kurang, di on top kan (diprioritaskan)," ucap Presiden</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCv87VxKDkIcfm9TCxi9VOgUIHU_c3sIi5B6HjZTzldHLXc3MwmPSH8yoLb8vJgTvM6BjqfozfTb97dT-nk-Tgqd5GnAaDS6zTUp24Sgo-9m8q59o-wmeTdVWlkObfUCL1HZJMMpgHLFhU/s1600/bppt3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="416" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCv87VxKDkIcfm9TCxi9VOgUIHU_c3sIi5B6HjZTzldHLXc3MwmPSH8yoLb8vJgTvM6BjqfozfTb97dT-nk-Tgqd5GnAaDS6zTUp24Sgo-9m8q59o-wmeTdVWlkObfUCL1HZJMMpgHLFhU/s640/bppt3.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-10877642328192512712012-11-29T07:35:00.000-08:002012-11-29T07:35:16.566-08:00Drone X-47B Dapat Mandulkan Rudal China<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkXirbIvYYs60ibfOwXoz-Y__1gp8S3xKy410Fb_351txiqC81zG6kRJ3jFzmyqVJaBP1wdSOtanqw6RC1SMW2EU_ogynLCuijZULrDcvWnK_2Gd3FK9JSxGMMX6xSubw56UxzKCXgtkrb/s1600/drone.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkXirbIvYYs60ibfOwXoz-Y__1gp8S3xKy410Fb_351txiqC81zG6kRJ3jFzmyqVJaBP1wdSOtanqw6RC1SMW2EU_ogynLCuijZULrDcvWnK_2Gd3FK9JSxGMMX6xSubw56UxzKCXgtkrb/s320/drone.jpg" width="320" /></a></div>
SETELAH China secara resmi berhasil mendaratkan pesawat J-15 di Kapal Induk Lioning, AS mulai melengkapi Kapal Induknya dengan drone atau pesawat tempur tak berawak X-47B, di Kapal Induk USS Harry S. Truman, Senin (26/11) kemarin.<br />
<br />
Businessinsider.com pada Rabu (28/11) menjelaskan, pesawat ini akan menempatkan Amerika Serikat di luar jangkauan senjata apapun di dunia seperti rudal anti kapal induk China. Pesawat ini rencananya juga akan dilengkapi fasilitas pengisian bahan bakar di udara.<br />
<br />
David Ax dari Wired.com menjelaskan, bila kemampuan pengisian bahan bakar di udara rampung dilakukan, pesawat ini akan 10 kali lebih mematikan dari pesawat tempur berawak biasa dengan jangkauan yang lebih jauh. Perusahaan pembuat X-47B, Northrop Grumman, juga menerima kontrak untuk memodifikasi pesawat tanpa awak jarak jauh Global Hawk menjadi pesawat pengisian bahan bakar di udara.<br />
<br />
Berita ini sangat berdekatan dengan pengumuman keberhasilan China mendaratkan pesawat tempur Angkatan Lautnya, J-15, Minggu (25/11) yang disusul dengan pengumuman India untuk meluncurkan kapal induk terbarunya. Selama ini rudal Dong-Feng (DF-21D) buatan China dianggap sebagai momok bagi kapal induk AS karena selain dirancang sebagai rudal anti satelit juga dapat berfungsi menjadi rudal balistik anti kapal induk, anti-ship ballistic missile (ASBM), pertama di dunia. Belakang Iran juga merancang sistem rudal yang sama bernama Khalij Fars yang dibuat berdasarkan desain Fateh-110.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.gophoto.it/view.php?i=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY8wZty792dyEynlP6LuMAsOoPycncDB6Tngj01QoJt0leHmlGXjPpCjqxJI8z1j030PZAJWiNUZHy0GWUgn39L85DQByUI02xQ2l72WkbGCvI7Y8Pk6A4THDI30eiEbzt0EjccQroZBE/s1600/J-15+test+12.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY8wZty792dyEynlP6LuMAsOoPycncDB6Tngj01QoJt0leHmlGXjPpCjqxJI8z1j030PZAJWiNUZHy0GWUgn39L85DQByUI02xQ2l72WkbGCvI7Y8Pk6A4THDI30eiEbzt0EjccQroZBE/s320/J-15+test+12.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Selain rudal, AS juga mulai khawatir dengan kemampuan drone buatan China. "Ini merupakan tren yang menakutkan, China meningkatkan penelitian di tahun-tahun belakangan ini. lebih cepat dari negara manapun di dunia," kata seorang pengamat yang tak disebut namanya sebagaimana dilansir nytimes.com dua hari yang lalu mengomentari beberapa model drone tempur lokal yang ditunjukkan dalam pameran Zhuhai Air Show di China baru-baru ini. Pasar drone di China diperkirakan akan meningkat seiring meningkatnya ketegangan perbatasan dengan negara-negara tetangganya.<br />
<br />
Selain untuk menumpulkan persenjataan mutakhir negara lain, drone AS, sebenarnya sudah banyak yang berkeliaran di dunia menarget musuh-musuh AS. Serangan 'burung ababil' yang juga banyak menelan korban sipil ini dilaporkan akan dilegalisasikan untuk operasi extra-judicial killing di enam negara; Pakistan, Afghanistan, Yaman, Somalia, Iraq dan Libya. Sampai saat ini masih terdapat kehampaan hukum internasional mengenai legitimasi serangan drone. Beberapa negara hanya bisa mengusir atau memungut drone yang jatuh akibat malfungsi seperti jatuhnya drone RQ-170 Sentinel di Iran.<br />
<br />
<a href="http://www.jurnas.com/news/77235/Drone_X-47B_Dapat_Mandulkan_Rudal_China/1/Internasional/Asia">Sumber</a><br />
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-52712983014064197942012-11-26T10:15:00.001-08:002012-11-26T10:15:18.715-08:00Lindungi Rakyatnya, Turki Kelabakan Cari Pertahanan Udara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS9FM7P4-UL-jr7004NixGjApnLGSAHiUQW9h4S47VSkJUMXuXL-8u7yKuDYtT8Fwqv5aCYiRaacVrzLq68EHlffGCR-IxVt9gIHwkDJpw8SsOQsYL7BaIKuD2O48kXXiqWMMJBqaJhIau/s1600/pamen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS9FM7P4-UL-jr7004NixGjApnLGSAHiUQW9h4S47VSkJUMXuXL-8u7yKuDYtT8Fwqv5aCYiRaacVrzLq68EHlffGCR-IxVt9gIHwkDJpw8SsOQsYL7BaIKuD2O48kXXiqWMMJBqaJhIau/s320/pamen.jpg" width="320" /></a></div>
PERANG di dalam negeri Suriah membuat Turki yang bertetangga terikut imbasnya. Beberapa roket dan tembakan artileri menyasar ke wilayah Turki dan menewaskan beberapa penduduk sipil.<br />
<br />
Turki mulai merasa perlu melindungi diri dengan sistem pertahanan udara seperti halnya perisai besi atau iron dome yang dibuat oleh Israel. Belakangan Israel juga berhasil mengembambangkan sistem yang dapat menlindungi dalam jangkauan lebih luas bernama 'david sling' untuk melindungi area sekitar 50 sampai 250 km. Untuk perlindungan yang lebih jauh Irael sudah mempunyai sistem pertahanan udara bernama 'arrow' yang sampai sekarang sudah beberapa kali di upgrade sampai blok 4.<br />
<br />
Turki sendiri sebenarnya telah mempunyai sistem sendiri bernama Turkish Low Level Air Defence System (T-LALADMIS) untuk jangkaua yang pendek dan Turkish Medium-Range Air Defence System (T-MALAMIDS)unuk jarak menengah masing-masing bernilai 241 juta euro dan 315 juta euro. Kedua sistem ini dikembangkan secara mandiri oleh perusahaan lokal Aselsan yang sukses mengembangkan sistem roket anti tank Long Range Anti-Tank System (UMTAS) dan Medium Range Anti-Tank System (OMTAS) bersama perusahaan Turki lainnya, Roketsan.<br />
<br />
Namun, Turki masih mempunyai kesulitan dalam mengembangkan sistem pertahanan udara dengan jangkauan yang lebih luas. Walaupun begitu negara ini telah menganggarkan dana sekitar US$4 miliar dalam program T-LORADMIS, sistem pertahanan udara jarak jauh. Turki mempunyai pilihan dengan alih teknologi sistem Patriot PAC-3 dari AS, S-300 dari Rusia dan FT-2000 dai China.<br />
<br />
Karena teknologi pertahanan udara maih sangat langka dan negara produsen masih tidak sudi alih teknologi, negara-negara berkembang lainnya memilih untuk melakukan riset sendiri dan ada juga yang mengolah sistem pertahanan lama dan mengupgrade sistem elektronik dan algoritma di dalamnya. Misalnya Iran yang mempunyai hahab Saqeb, bavar, sayyad, gareh, mersad dan raad yang semuanya diolah dari sistem lama.<br />
<br />
Walaupun sistem pertahana udara dapat dengan mudah ditembus oleh negara-negara yang lebih maju, setidaknya pertahanan udara masif dapat melindungi warga negara tersebut dari teror rudal nyasar, serangan pesawat tak berawak UAV dan lain-lain.<br />
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-2300997547249808792012-11-13T04:48:00.000-08:002012-11-13T05:15:57.198-08:00Benarkah Zia-Ul-Haq Ikut Melawan Indonesia?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP6PwKKCAzBwe5PSX9M6Oa_LwUNxByZtUY-4JYQl6vZ5OOXVleSmu2x8RTv_11qqQagtT6sj7-tjZ1dy_GDk0ZI_CD64Et-gZAi6J6p5f4bvi3f-GDRTXDOoJOsr8He1nK5CpxfCN2crXP/s1600/surabaya1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="629" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP6PwKKCAzBwe5PSX9M6Oa_LwUNxByZtUY-4JYQl6vZ5OOXVleSmu2x8RTv_11qqQagtT6sj7-tjZ1dy_GDk0ZI_CD64Et-gZAi6J6p5f4bvi3f-GDRTXDOoJOsr8He1nK5CpxfCN2crXP/s640/surabaya1.jpg" width="640" /></a>SYAHDAN, hari ini 67 tahun yang lalu tepatnya pada 10 November 1945, Indonesia mengalami pertempuran berat atas invasi Belanda melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang membonceng tentara sekutu yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby, dengan memimpin 6000 tentara Inggris.<br />
<br />
Pasukan ini mendarat di Pelabuhan Tangjung Perak, Surabaya pada 25 Oktober 1945, hanya 53 hari setelah Indonesia menyatakan merdeka pada 17 Agustus sebelumnya. Salah pasukan yang mendarat itu adalah komandan pasukan Gurkha, pasukan khusus Inggris pada saat itu, bernama Zia-ul-Haq.<br />
<br />
Menurut bookrags.com, Zia yang lahir 1924 ini pernah bertugas di Burma, Malaysia dan Indonesia pada akhir perang dunia ke-2 setelah menamatkan pendidikannya di Royal Indian Military Academy di Dehradun. Sarjanan lulusan Universitas Delhi dari St. Stephen's College, sebuah lembaga pendidikan untuk warga Kristen ketika penjajahan Inggris ini, kemudian bergabung dengan angkatan bersenjata Pakistan setelah India mengalami partisi dan menjadi salah satu presiden pada tahun 1978-1988<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDMDtUfoRAYg9-mRWIuCETtBWDLJ-4aeslqaPiQrlbAIBWK-UduHjjoV_fGnPttQPr6z3nTk2_8yt6OD_IWKC_Qd38NQMe9rE-jAW_87G5M14681Tdn2h1UZwoljL79rfmyIY8pF4jbFlO/s1600/surabaya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="420" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDMDtUfoRAYg9-mRWIuCETtBWDLJ-4aeslqaPiQrlbAIBWK-UduHjjoV_fGnPttQPr6z3nTk2_8yt6OD_IWKC_Qd38NQMe9rE-jAW_87G5M14681Tdn2h1UZwoljL79rfmyIY8pF4jbFlO/s640/surabaya.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCcWYNsaOGwSFMZkmyKpl4RKgiqa8AX1gGDnfjsIVXTu8-Bm9WjQStk4VedZDCHXhfY746IX9Wz82X9ksqGb7uRVggkkSWjV3-PKLHT5mwsAG2j58wB-3hLOA9NtrKn13QmEAscc_UQONV/s1600/surabaya2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="588" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCcWYNsaOGwSFMZkmyKpl4RKgiqa8AX1gGDnfjsIVXTu8-Bm9WjQStk4VedZDCHXhfY746IX9Wz82X9ksqGb7uRVggkkSWjV3-PKLHT5mwsAG2j58wB-3hLOA9NtrKn13QmEAscc_UQONV/s640/surabaya2.jpg" width="640" /></a></div>
Tidak ada informasi yang jelas, apakah Zia juga bertugas di Surabaya. Namun berbagai situs sosial menceritakan, Zia, yang saat itu masih berusia 21 tahun, pernah menolak perintah perang dari komandan Inggrisnya karena tidak ingin melawan pasukan dan rakyat Indonesia pada invasi tersebut. Amukan rakyat Surabaya pada hari yang bersejarah itu bahkan menewaskan dua jenderal sekutu yakni Eric Carden Robert Mansergh dan Jenderal Mallaby.<br />
<br />
Hebatnya, perlawanan rakyat alias arek-arek Surabaya itu hanya beberapa saat setelah sekutu memenangi perang dunia ke-2. Melalui utusannya, Presiden Sukarno berhasil memancing jiwa kesatria orang Surabaya. "Apakah hukumnya membela tanah air? Bukan membela Allah, membela Islam, atau membela Al Quran. Sekali lagi, membela tanah air?" tanya Sukarno provokatif dengan nada filosofis kepada Hasyim Asy'ari di Pesantren Tebuireng, Jombang.<br />
<br />
Mbah Hasyim meresponnya dengan memerintahkan KH Wahab Chasbulla, KH Bisri Syamsuri, dan kiai lain untuk mengumpulkan kiai se-Jawa dan Madura. Mereka rapat di Kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), Jalan Bubutan VI/2, Surabaya, dipimpin Kiai Wahab Chasbullah pada 22 Oktober 1945.<br />
<br />
Pada 23 Oktober 1945, Mbah Hasyim atas nama Pengurus Besar NU mendeklarasikan seruan 'jihad fi sabilillah', yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad, sebuah istilah yang menakutkan sampai sekarang yang dapat membuat banyak orang kerasukan keberanian seakan seperti siap menerima suntikan massal eutanasia.<br />
<br />
Situs teguhtimur.com mencatat, ada tiga poin penting dalam Resolusi Jihad itu. Pertama, setiap muslim baitu tua, muda, dan miskin sekalipun wajib memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indonesia. Kedua, pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan layak disebut syuhada. Ketiga, warga Indonesia yang memihak penjajah dianggap sebagai pemecah belah persatuan nasional, maka harus dihukum mati.<br />
<br />
Jadi, umat Islam wajib hukumnya membela tanah air. Bahkan, haram hukumnya mundur ketika berhadapan dengan penjajah dalam radius 94 km, jarak yang disesuaikan dengan dibolehkannya qashar salat. Di luar radius itu dianggap fardu kifayah alias kewajiban kolektif, bukan fardu ain atau kewajiban individu.<br />
<br />
Orang Surabaya menjadi tidak takut mati dan ini tentunya memberi kemenangan kepada pihak Indonesia yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan itu. Setelah menolak perintah, Zia dikhabarkan kembali ke India dan dicap Inggris sebagai penghianat. Bisa saja pasukan khusus Inggris ini baru sadar bahwa Indonesia sebenarnya mempunyai budaya tidak takut mati ketika terjepit, seperti halnya yang diceritakan sejarah di Bali dan berbagai daerah, saat rakyat berebut maju menyambut tembakan senapan untuk mati karena tidak ingin dijajah.<br />
<br />
Pada saat menjadi presiden, Zia merupakan tokoh kotroversial. Dia berhasil membangun Pakistan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yang belum dapat diulang sampai sekarang. Dia juga berhasil menjalin hubungan baik dengan negara yang bukan mitra AS pada perang dingin seperti China dan juga negara seperti Israel. Dia juga merupakan sekutu Amerika Serikat dalam membendung pengaruh Uni Sovyet di Asia Selatan dengan keterlibatannya di Afghanistan. Ntah kenapa, dia ini juga yang disebut bertanggung jawab, dengan dukungan AS, Barat dan Arab Saudi, memobilisasi perlawanan rakyat Afghanistan melawan pengaruh Uni Sovyet yang dikenal dengan nama Mujahiddin Afghanistan.<br />
<br />
<a href="http://www.jurnas.com/news/76138/Benarkah_Zia-Ul-Haq_Ikut_Melawan_Indonesia?/1/Sosial_Budaya/Humaniora">Sumber</a></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-1306693966356221132011-01-07T14:12:00.001-08:002014-01-31T21:59:26.429-08:00Lapan Uji Terbang Dua Roket Eksperimen<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiELT7YtNMrH20Dr2CttX0wUgDkXn1B6D8broDWbkYlqLK2k7soEiDT3nyXC6efvsmK00XlUi1rH3YKqMczTEU514pKYv0E4Mkj_uR5SPBj6VziCjF5gDjPrIoS0pZSZrixNFdAfLygd1w_/s400/Roket+Kartika_Defense+Studies.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiELT7YtNMrH20Dr2CttX0wUgDkXn1B6D8broDWbkYlqLK2k7soEiDT3nyXC6efvsmK00XlUi1rH3YKqMczTEU514pKYv0E4Mkj_uR5SPBj6VziCjF5gDjPrIoS0pZSZrixNFdAfLygd1w_/s400/Roket+Kartika_Defense+Studies.JPG" /></a></div>
Rabu (29/12), Lapan berhasil meluncurkan dua roket eksperimen berdiameter 200 mm dan 100 mm di stasiun peluncuran roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Uji terbang bertujuan untuk penelitian roket ilmiah. Roket berdiameter 200 mm atau disebut RX-200 diluncurkan pertama, kemudian dilanjutkan dengan RKX-100 yang berdiameter 100 mm. <br />
<br />
Peluncuran tersebut dihadiri oleh Kepala Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, Ir. Yus kadarusman Markis, Dip. Ing serta para pejabat di lingkungan Kedeputian Bidang Teknologi Dirgantara.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-73697424515526383752010-12-06T14:22:00.000-08:002014-01-31T22:05:13.137-08:00Iran to implement 10 satellite projects with APSCO members<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT6zFmaguVOAavliMOUY5l-7pWXkLTOXVcnZzKYahsLGIKpYvKE" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT6zFmaguVOAavliMOUY5l-7pWXkLTOXVcnZzKYahsLGIKpYvKE" /></a></div>
Asia and Pacific Space Cooperation Organization (APSCO) Director General for Foreign and Legal Affairs Ahmad Talebzadeh said on Tuesday the country is to implement 10 satellite projects with member states of the organization.<br />
<br />
"The organization has defined 10 projects on designing, building and launching light satellites, middle class satellites weighing 500-600 kg, research satellites, remote-sensing and telecommunications satellites," Talebzadeh told ISNA<br />
<br />
"The organization officially started to work in early 2010, but Asian countries found necessity of establishment of the organization in late 2008 when they prepared its articles of association."<br />
<br />
It mainly aims at entering into the domains of technology and space studies which follows the same goals pursued by the European Space Agency (ESA).<br />
<br />
The Secretary General of the organization is elected every five years.<br />
<br />
The organization's member states involve China, Iran, Pakistan, Mongolia, Thailand, Turkey, Indonesia, Bangladesh and Peru.<br />
<br />
Saudi Arabia, the UAE, Syria, Malaysia, the Philippines, South Korea, Sri Lanka and Chile have for membership in the group.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-52223411974035894422010-06-30T10:14:00.000-07:002010-06-30T10:15:39.051-07:00Indosat Satukan Cinta Negeri dengan Layanan Satelit PALAPA-D<img src="http://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/small/7933994.jpg" width="450">Mewujudkan komitmen dan cinta kepada negeri melalui layanan telekomunikasi, PT Indosat Tbk (Indosat) meresmikan Gedung Satelit PALAPA di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Peresmian dilakukan oleh Direktur Kelembagaan Internasional Dirjen Postel Ikhsan Baidirus, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Komisaris Utama Indosat H.E. Sheikh Abdullah Bin Mohammed Bin Saud Al Thani dan President Director & Chief Executive Officer (CEO) Indosat Harry Sasongko.<br /><br />Peresmian ini merupakan bagian dari rangkaian rencana perusahaan untuk meluncurkan Satelit PALAPA-D yang akan dilaksanakan di akhir Agustus 2009. Gedung Satelit PALAPA yang baru saja diresmikan akan menjadi lokasi pengendali dan pengawas trafik Satelit PALAPA-D serta pemeliharaan (maintenance) perangkat satelit.<br /><br />“Peresmian sarana infrastruktur satelit berupa Gedung Satelit PALAPA ini merupakan wujud komitmen kami untuk menyediakan sarana telekomunikasi yang dapat menghubungkan seluruh wilayah Nusantara sekaligus dunia internasional. Kami bangga menjadi user yang menghadirkan teknologi terkini dari satelit yang kami persembahkan bagi negeri, pelanggan dan masyarakat Indonesia,” demikian disampaikan Harry Sasongko, President Director & CEO Indosat.<br /><br />Gedung Satelit PALAPA seluas 2.500 m2 ini yang berdiri di areal Stasiun Bumi Indosat di Jatiluhur, Purwakarta, merupakan bangunan dua lantai yang terdiri dari berbagai ruang pengendali dan pengawas, seperti Ruang Control Communication, Ruang Control Satelit, Ruang Base Band & Intermediate Frequency, Ruang Shelter, Ruang Workshop, Ruang Kerja Staf dan Ruang Istirahat.<br /><br />Ruang Control Communication berfungsi sebagai ruang pengawas dan pengendali trafik, Ruang Control Satelit berfungsi sebagai ruang guard dan pengendali Satelit PALAPA–D. Sementara itu Ruang Base Band & Intermediate Frequency merupakan ruang pengendali seluruh perangkat kontrol satelit/trafik melalui komputer.<br /><br />Satelit PALAPA-D merupakan satelit milik Indosat yang akan menggantikan Satelit PALAPA-C2 yang masa operasionalnya berakhir pada tahun 2011 di Slot 113º BT. Indosat telah menunjuk Thales Alenia Space France (TASF) sebagai mitra pengadaan dan peluncuran Satelit PALAPA-D yang akan memiliki masa operasi selama fifteen tahun. Berdasarkan Thales Alenia Space Spacebus 4000B3 platform, Satelit PALAPA-D akan memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan PALAPA-C2, yaitu 40 transponder yang terdiri dari twenty-four standar C-band, eleven lengthened C-Band serta 5 Ku-band, dengan jangkauan mencakup Indonesia, negara-negara ASEAN, Asia, Timur Tengah dan Australia. Satelit PALAPA-D akan diluncurkan pada akhir Agustus 2009, dengan beban 4,1 ton dan tenaga cargo sebesar 6.4 kW.<br /><br />”Peluncuran Satelit PALAPA-D merupakan wujud komitmen kami dalam memberikan pelayanan terbaik dan berkesinambungan bagi pelanggan pengguna layanan satelit yang sebagian besar adalah broadcaster televisi, penyedia jasa VSAT serta pelanggan korporat lainnya. Seperti halnya Satelit PALAPA-C2, Satelit PALAPA-D juga akan kami manfaatkan sebagai fortitude untuk mendukung layanan Indosat lainnya seperti seluler, telepon tetap dan interpretation tetap,” tambah Harry Sasongko.<br /><br />Layanan dari satelit PALAPA-D yang disediakan Indosat antara lain adalah Transponder Lease untuk layanan report dan mobile backhaul sebagai simple service, VSAT service, DigiBouquet dan Telecast Service sebagai nilai tambah yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan korporasi dalam komunikasi interpretation dan broadcasting.<br /><br />Layanan satelit ini melengkapi dan memberikan nilai tambah dari layanan jaringan terestrial dan komunikasi voice dan data.yang telah dijalankan Indosat selama ini. Disamping itu, Indosat juga mengembangkan layanan Internet Broadband around Satellite dan Data Broadcasting untuk distribusi koneksi Internet kecepatan tinggi yang mampu menjangkau wilayah yang tidak tercakup jaringan terestrial.<br /><br />Segmen pelanggan yang memanfaatkan layanan ini antara lain broadcaster televisi/radio baik lokal, nasional dan internasional, penyedia jasa VSAT lainnya, ISP, dan korporasi sebagai pengguna langsung, serta Indosat Grup sendiri (seluler, bound telecommunication dan anak perusahaan).Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-45719818132177201242010-03-05T06:49:00.000-08:002014-01-31T22:02:28.348-08:00The X-37 unmanned minishuttle<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
NASA may have given up on spaceplanes for now, with the Shuttle soon to be replaced by old-school rocket stacks and capsules. But the US Air Force, it seems, still sees a need for spacecraft which can re-enter atmosphere and make a runway landing. Reports indicate that the X-37B unmanned spaceplane demonstrator will make its first orbital launch in November under USAF auspices.<br />
<br />
According to Aviation Week, the "Orbital Test Vehicle" - built by Boeing's "Phantom Works" advanced-projects bureau - will be launched atop an Atlas V booster package from Cape Canaveral, taking a launch slot previously filled by a NASA moon reconnaissance mission.<br />
NASA's original long-endurance X-37 orbiter concept<br />
<br />
The X-37 unmanned minishuttle as NASA saw it.<br />
<br />
The X-37 programme was originally begun by NASA and the Phantom Works in 1999. It was aimed at producing a new generation of orbital spaceplanes, and its immediate justification at the time was the eventual provision of a "lifeboat" landing craft for astronauts on the International Space Station. Various experiments were carried out, involving the release of test airframes from high-flying jets and helicopters, and NASA originally planned to carry out an orbital flight of an unmanned prototype in 2006. The X-37 plans drew heavily on the USAF's X-40 experiments, and it was planned that the more sophisticated X-37 space vehicle would be able to stay in orbit for 21 days.<br />
<br />
<img src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1c/NASA_X37_EC99-45145-1.jpg/468px-NASA_X37_EC99-45145-1.jpg" width="450" /><br />
<img src="http://img.photobucket.com/albums/v391/dogsledder54/X-37.jpg" width="450" /><br />
<img src="http://regmedia.co.uk/2008/07/31/nasa_x37_concept.jpg" width="450" /><br />
<img src="http://cache1.asset-cache.net/xc/51092972.jpg?v=1&c=IWSAsset&k=2&d=77BFBA49EF878921F7C3FC3F69D929FD15E914480D0BBFBD39A7FA70ECAC4E0ECE8B7B556BE78538F06BF04B24B4128C" width="450" /><br />
NASA no longer has any near-future spaceplane plans, but the X-37B "reusable unmanned space test platform" project has been kept going by Boeing with Air Force money. Boeing have previously said that the USAF's objectives are "concept of operations development for reusable space vehicle technologies", and that orbital tests would commence this year. This latest news seems to confirm that schedule.<br />
<br />
Just why the Air Force thinks it needs orbital landers isn't clear, but such craft could be one option for America's desired "prompt global reach" capability. Rather than using hypersonic airbreathers ripping through the atmosphere to reach a target, the US forces might choose to send payloads still faster, through the vacuum of low orbit. Future orbiters derived from the X-37 might deliver warheads, spy packages or even troops to far-flung theatres within hours of getting the go order, although they'd never be able to get back again.<br />
<br />
Returning to the present day, the X-37 isn't anything like the size of a space shuttle - about 27 feet long and with a wingspan of 15 feet. However, it's supposed to be a significant advance on Shuttle technology, with a "highly durable high-temperature thermal protection system" just one of "approximately 30 airframe, propulsion and operation technologies" to be tried out. There's also a 7 foot x 4 foot payload/experiment bay.<br />
<br />
With the demise of the Shuttle, the X-37 - small and unmanned though it is - will be the only true, orbital spaceplane in operation, though Europe's "Phoenix" programme is proceeding on similar lines. There are also various sub-orbital jobs planned for the nascent space tourism industry, similar to the SpaceShipOne of Ansari X-Prize fame, but these merely zoom ballistically out of the atmosphere before falling back in again - they can't achieve the speeds needed to go into a sustainable orbit.<br />
<br />
Those who would like to see a future of reusable space vehicles will find today's news some comfort, in a world where launch technology can sometimes seem to be taking retrograde steps rather than advancing.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-16514515006759517762010-02-22T14:24:00.000-08:002010-02-22T14:25:19.929-08:00The emerging nanosatellite market<img src="http://indomil.files.wordpress.com/2009/05/slv-lapan.jpg" width="450" /><span class="artcontent">One job of a satellite market analyst is to try to understand what types of satellites will drive the market in the future. In the past few years, it has been fairly obvious what these are, and making reasonable five-year projections has not been very difficult. </span><p> <span class="artcontent">In the early 1990s, it was clear to us that small LEO commercial communications satellites weighing less than 1,000 kg were going to be a big driver, because mobile communications systems such as Motorola’s Iridium, Loral’s Globalstar, and Orbital Sciences’ Orbcomm were under development. </span></p><p> <span class="artcontent">By the mid-1990s, it was becoming evident that the next big driver would likely be commercial broadband multimedia communications sat-ellites such as Hughes Electronics’ Spaceway, Lockheed Martin’s Astro-link, Craig McCaw’s Teledesic, and Alcatel’s SkyBridge—a mix of LEO, me-dium Earth orbit, and geostationary orbit (GEO) spacecraft. </span></p><p> <span class="artcontent">The first "mobile wave" came and went during 1997-1999, with roughly 150 satellites built and launched by these programs. The satellites ranged in size from the 41.6-kg Orbcomms to the 689-kg Iridiums (the Globalstars weighed 450 kg each). </span></p><p> <span class="artcontent">The first "broadband wave" will probably start to materialize around 2002-2004, with dozens of new satellites that generally are much larger than the mobiles. This wave will include the 1,000-kg SkyBridges, the 3,200-kg Astrolinks, and the Spaceways, which will probably weigh more than 4,500 kg each. </span></p><p> <span class="artcontent">As the era of the broadbands approaches, there arises the logical question: "What’s next?" It is fine to be able to peek five years into the future, but the real challenge lies in looking beyond that—say, 10 or 20 years. </span></p><p> <span class="artcontent">While a 20-year forecast requires some educated speculation, a little creative thinking, and a lot of luck, a 10-year forecast is actually quite doable. The key is being able to spot those "little trends" that have been occurring in the market and to identify some of the promising R&D work under way at companies, universities, and government agencies. </span></p><p> <br /> <span class="artcontent"><strong>Nanosatellites in the 1990s</strong></span><br /> <span class="artcontent">One of the most interesting little trends that has surfaced lately is the noticeable growth in the number of nanosatellites that are being built and launched. For purposes of this discussion and for the sake of distinguishing them from microsatellites and pico-satellites, nanosatellites will be defined as satellites with a launch mass of 20 kg and under. </span></p><p> <span class="artcontent">There have been launches (or attempted launches) of approximately 24 nanosatellites into Earth orbit since 1990, for an average of 2.2 satellites a year. Every couple of years, there has been a noticeable spike (three or four satellites) in the number of nanosatellites launched, followed by a dry spell of about two years in which there are no nanosatellites. </span></p><p> <span class="artcontent">Teal Group, for example, counts a total of five nanosatellites launched in 1990. These included the four Oscar-class spacecraft launched on January 22 by an Ariane 40 rocket. These 12-kg nanosatellites, built by Amsat-North America and Weber State University for the Amateur Radio Satellite organization, were for radio communications and also carried some Earth imaging capabilities. They were launched "piggyback" along with the mission’s primary payload, SPOT Image’s 1,870-kg SPOT 2 Earth imaging satellite. </span></p><p> <span class="artcontent">The other nanosatellite lofted in 1990 was Japan’s 12-kg Hagoromo lunar subsatellite, built by NEC for Ja-pan’s Institute of Space and Astronautical Science. Hagoromo, which was launched with the 185-kg Hiten lunar orbiter by an M-3 rocket, was ejected by Hiten soon after reaching lunar orbit. Unfortunately, its transmitter failed before its planned lunar swingby. </span></p><p> <span class="artcontent">In 1991, the sole nanosatellite was the 16.7-kg Orbcomm-X demonstration store-and-forward communications satellite, built by Orbital Sciences for its Orbcomm program. It was launched on July 17 aboard an Ariane 40, sharing payload fairing space with ESA’s 2,384-kg ERS-1 remote sensing spacecraft. </span></p><p> <span class="artcontent">Three nanosatellites were orbited in 1993. The 14.5-kg Orbcomm CDS Pathfinder experimental mobile communications satellite, built by Orbital Sciences, was launched by a Pegasus booster on February 9. The 12.5-kg Eyesat 0 demonstration store-and-forward communications satellite, produced by Interferometrics for GE Americom, was launched on September 26 by an Ariane 40. A 12-kg Itamsat radio communications satellite, manufactured by Amsat-Italy for Amateur Radio Satellite, accompanied Eyesat 0 along with the mission’s primary payload, the 1,907-kg SPOT 3. </span></p><p> <span class="artcontent">For 1995, we count two nano-satellites—the 12-kg UnAMSat-1 and the 20-kg GFZ-1. UnAMSat-1 was an experimental scientific satellite built by/for the National Autonomous University of Mexico. Its launch on March 28 of that year by a Start 1 ended in failure. It would have been orbited along with Moscow State University’s 200-kg EKA-2 scientific satellite, the primary payload. GFZ-1, produced by Kayser-Threde for the GFZ National Center of Germany, was launched on April 9 by a Soyuz U rocket. </span></p><p> <span class="artcontent">In 1998 a Shtil rocket launched the Tubsat-N and Tubsat-N1 experimental scientific nanosatellites. Each weighed 10 kg and was manufactured by the Technical University of Berlin for the German Space Agency. </span></p><p> <br /> <span class="artcontent"><strong>A sign of things to come?</strong></span><br /> <span class="artcontent">There has been a vague feeling for the past decade or so that something has been trying to happen with regard to nanosatellites, but the numbers simply have not been firm enough to make any solid projections—at least, not until now. </span></p><p> <span class="artcontent">We believe 2000 will go down as a milestone year for the nanosatellite market. At least 10 nanosatellites were launched. Eight were boosted on one rocket alone—a Minotaur—on January 26. They included Santa Clara University’s 0.5-kg Artemis JAK and Thelma & Louise, Arizona State University’s 5.5-kg ASUSat 1, DARPA’s 0.7-kg Picosat 1A and Picosat 1B, Amateur Radio Satellite’s 0.5-kg Hockeypuck and 0.2-kg Stensat, and Stanford University’s 13.5-kg OPAL. </span></p><p> <span class="artcontent">There was also the 6.5-kg SNAP-1 Earth imaging satellite, built by the U.K.’s Surrey Satellite Technology for China’s Tsinghua University, and the 10-kg Unisat, produced by/for the University of Rome. SNAP-1 was launched aboard a Cosmos 3M rocket on June 28; a Dnepr rocket launched Unisat on August 25. </span></p><p> <span class="artcontent">In short, the number of nanosatellites launched in 2000 alone was about 45% of all those launched, or attempted, since 1990. This might be purely coincidental, or it might be a sign that nanosatellites will more regularly be launched in significantly increasing numbers. </span></p><p> <span class="artcontent">We know of at least 10 nanosatellites planned for launch this year. There are three 1-kg Bitsy satellites, manufactured by AeroAstro for the Air Force; Carnegie Mellon University’s 19-kg Solar Blade Heliogyro Nano-satellite; the Air Force Academy’s 15-kg Glacier Imager, Lightning, Phoenix, and Thunder satellites; the Barcelona Center for Microelectronics’ 19-kg Nanosat; and Sweden’s 5.5-kg Munin. </span></p><p> <span class="artcontent">Other nanosatellites that could go up this year or next year include Boston University’s Constellation Path-finder; New Mexico State University/ University of Colorado-Boulder’s 3^ Sat; University of Utah/University of Washington/Virginia Polytechnic University’s ION-F; and the University of Washington’s UofW Nanosat. </span></p><p> <br /> <table align="right" border="0" bordercolor="black" cellpadding="2" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td rowspan="3" width="20"> <br /></td></tr> <tr> <td> <table width="270" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td class="artcaption"><i>In 1990, Japan’s 12-kg Hagoromo lunar nanosatellite was launched with the 185-kg iten lunar orbiter by an M-3 rocket. Unfortunately, its transmitter failed before its planned lunar swingby. </i></td> </tr> </tbody></table> </td> </tr> <tr> <td> <img src="http://www.aiaa.org/aerospace/images/articleimages/hiten.p.gif" width="250" /> </td> </tr> </tbody></table> <table align="right" border="0" bordercolor="black" cellpadding="2" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td rowspan="3" width="20"> <br /></td></tr> <tr> <td> <table width="270" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td class="artcaption"><i>The Minotaur is one of several relatively inexpensive launch vehicles now available. </i></td> </tr> </tbody></table> </td> </tr> <tr> <td> <img src="http://www.aiaa.org/aerospace/images/articleimages/minotaur.gif" width="250" /> </td> </tr> </tbody></table> <table align="right" border="0" bordercolor="black" cellpadding="2" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td rowspan="3" width="20"> <br /></td></tr> <tr> <td> <table width="270" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td class="artcaption"><i>JAWSAT was the host platform for the nanosatellites launched aboard the Minotaur in January 2000. OSSS has come up with a host platform called the Multiple-Payload Adaptor based on JAWSAT technology. </i></td> </tr> </tbody></table> </td> </tr> <tr> <td> <img src="http://www.aiaa.org/aerospace/images/articleimages/jawsatmpa.p.gif" width="250" /> </td> </tr> </tbody></table> <span class="artcontent">Often satellites are said to "ride piggyback" on a mission, meaning that they are a secondary rather than a primary payload. This expression can mean simply that they are stacked within a special compartmentalized structure for auxiliary satellites within the payload fairing. Think of it as traveling second class or coach. </span></p><p> <span class="artcontent">Among the latest trends, however, is the attachment of lots of satellites to a host platform, which also happens to be a satellite itself. The idea of "subsatellites" is nothing new. What is new is the standardization of host platforms, so that they are compatible with a range of different launch vehicles, as well as their low cost and the multiple number of satellites they can accommodate. </span></p><p> <span class="artcontent">The host platform for the nano-satellites launched aboard the Minotaur in January 2000 was the Joint Air Force Academy-Weber State University Satellite (JAWSAT). A company called One Stop Satellite Solutions (OSSS) has now been licensed to manufacture and market the JAWSAT technology developed by Weber State’s Center for Aerospace Technology. OSSS has come up with a host platform called the Multiple-Payload Adaptor (MPA). </span></p><p> <span class="artcontent">On July 18, 2000, OSSS signed a memorandum of understanding with International Space Company Kosmotras of Moscow and Thiokol Propulsion to cooperate in small satellite integration management through 2007. OSSS will use its MPA to integrate multiple satellites weighing 23 kg or less into a single payload module. Kosmotras will allocate one launch a year to OSSS aboard Dnepr rockets through 2007. The first launch is scheduled for March 2001. Thiokol will provide organizational and legal support for the joint program as a marketing agent of Kosmotras. </span></p><p> <span class="artcontent">Another company, AeroAstro, has come up with a more maneuverable host platform called SPORT (Small Payload Orbit Transfer). SPORT can do everything MPA can do and more. One of its added features is a propulsion system that allows it to move far away from the launch vehicle "drop-off point" and ferry its subsatellites to more precise orbital locations. This flexibility saves fuel for the subsatellites and, more important, expands the number of possible launch missions on which the host platform and its subs can hitch a ride. If SPORT and its subs want to go to LEO, they have the option of being launched aboard a rocket with a GEO destination. </span></p><p> <span class="artcontent">Last November AeroAstro received its first contract, worth $3 million, for SPORT from Astronautic Technology Sdn. Bhd. (ATSB) of Malaysia. ATSB’s NeqO satellite would be carried by SPORT to a low equatorial orbit, or LeqO, following launch by an Ariane 5 to geostationary transfer orbit. </span></p><p> <span class="artcontent">AeroAstro also maintains a cooperative agreement with Arianespace to make SPORT compatible with the Ariane 5’s ASAP, or Ariane Structure for Auxiliary Payloads, module, which contains stacked satellites. </span></p><p> <span class="artcontent">We think that MPA and SPORT represent important steps in the development of the nanosatellite market. Having the ability to easily launch and deploy possibly dozens of nanosatellites on such a host platform will make it feasible (both logistically and economically) for launch services companies to seriously consider the builders and operators of these satellites as viable customers. </span></p><p> <span class="artcontent">Without having something like MPA or SPORT, it is probably not worth launch providers’ time or effort to target customers interested in launching nano-satellites, given the relatively minuscule prices they can charge them for a ride into space. These could well be revolutionary types of technologies, in terms of the way they may expand both the number of satellites that could be launched and the number of players who compete in the satellite market. They could enable nanosatellite launches to increase from the current 10 or so satellites per year to hundreds. If this happens, nano-satellites, along with microsatellites and picosatellites, could be the next major driver of the satellite market, perhaps during 2005-2010. </span></p><p> <span class="artcontent">A more mature nanosatellite market would be extremely good news for reusable launch vehicle programs that hope to field prototypes and initial operational models during the next 10 years. Under "conventional" satellite market forecasts, which largely do not account for nanosatellites, the number of satellites projected to be built and launched over the next 10 years is roughly 1,000, or an average of 100 satellites a year. With such low numbers, it is difficult to justify investing in costly and somewhat risky reusables. </span></p><p> <span class="artcontent">With an energized micro-, pico-, and nanosatellite market, the number of satellites could conceivably grow exponentially and create the kind of launch volume needed to make RLVs both profitable and affordable. </span></p><p> <br /> <span class="artcontent"><strong>The role of cheap launch vehicles</strong></span><br /> <span class="artcontent">It is probably not a coincidence that the sudden jump in the number of nanosatellites being launched is occurring at a time when several new and relatively inexpensive ELVs have entered the market—rockets such as the Air Force’s Minotaur, Russia’s Shtil and Start 1, and the Ukraine’s Dnepr. Many of these vehicles, which are essentially converted ballistic missiles, can launch a half-dozen or more nanosatellites, plus a larger primary satellite, for a total mission cost of around $10 million. </span></p><p> <span class="artcontent">This means that a ticket for orbiting a nanosatellite or group of nano-satellites can now more commonly be had for a few hundred thousand dollars or less. We believe the German space agency paid $138,000 to the Russian navy for the launch of its two Tubsats aboard the Shtil. </span></p><p> <span class="artcontent">In addition to these new offerings, several traditional Russian launchers, such as the Cosmos 3M and Soyuz U, also are being aggressively marketed to the small-satellite-and-under market through joint ventures with Western companies. </span></p><p> <span class="artcontent">The marriage of convenience between cheap foreign launchers (plus U.S.-government-subsidized rockets such as Minotaur) and the builders and operators of nanosatellites is evident. The former are desperately searching for launch customers, particularly in the current bear market. The latter are interested in bargain-basement launch prices. </span></p><p> <span class="artcontent">Thus we expect that the nano-satellite manifests of the launch vehicles mentioned above, and perhaps a handful of other "Wal-Mart rockets," will continue to expand. This should particularly be true as orbital deployment mechanisms improve and allow growing numbers of nanosatellites to be carried within payload fairings and dropped off in diverse orbits. </span></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-18200454320881904732010-02-10T11:33:00.000-08:002014-01-31T22:04:11.730-08:00Bulan Saturnus Kemungkinan Ada Kehidupan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRi37TIRKbrs7H60i6SiBGM0GLvOtKF6-kDf25QTZPPcZrqdwVqtg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRi37TIRKbrs7H60i6SiBGM0GLvOtKF6-kDf25QTZPPcZrqdwVqtg" /></a></div>
Bukti baru kandungan air di permukaan bulan Saturnus atau Enceladus telah ditemukan oleh ilmuwan NASA. Hasil itu juga memungkinkan adanya kehidupan.<br />
<br />
Pesawat ruang angkasa NASA Cassini yang terbang melalui gelembung asap es yang tercipta dari gunung es, mendeteksi molekul air yang mengandung ion negatif.<br />
<br />
Ilmuwan Inggris melaporkan dalam jurnal Icarus mengatakan bahwa pancaran gas tersebut mengandung air, tetapi belum jelas apakah berupa cairan likuid.<br />
<br />
Jika ada air likuid dalam Enceladus, ilmuwan NASA percaya bahwa bulan terbesar ke-enam milik Saturnus itu memiliki kondisi yang memungkinkan untuk mengandung kehidupan.<br />
<br />
Gambar resolusi tinggi telah diambil oleh pesawat ruang angkasa Cassini menunjukkan bahwa permukaan es Enceladus yang menyebar mengalami perubahan dari waktu ke waktu.<br />
<br />
Di Bumi penyebaran dasar lautan dikendalikan oleh batuan yang cair dan ilmuwan NASA memperkirakan bahwa cairan di atas kutub utara Enceladus mungkin mengandung air.<br />
<br />
Ilmuwan Cassini Andrew Coates mengatakan bukti yang diperoleh memberikan petunjuk tentang kehadiran makhluk lain.<br />
<br />
“Sementara bukan hal mengejutkan bahwa di sana mengandung air, menjadi bukti ekstra untuk air di permukaan bulan,” ujar Dr Coates dari Laboratorium Pesawat Ruang Angkasa Universitas College London.<br />
<br />
“Dan di sana ada air, karbon dan energi. Beberapa bahan kehidupan hadir di sana saat ini. Yang mengejutkan buat kami adalah ketika melihat massa ion tersebut, ada beberapa puncak spektrum dan ketika kami menganalisanya terlihat efek molekul air yang bergabung menjadi satu sama lainnya,” ujar Coates.<br />
<br />
Ion negatif serupa ditemukan juga di satelit Saturnus yang lain yakni Titan, satu-satunya bulan di tata surya yang memiliki lapisan atmosfer tebal.<br />
<br />
Data yang diperoleh dari semburan es Enceladus dikumpulkan oleh isntrumen Cassini yang disebut dengan spektrometer plasma. Perangkat khusus tersebut berguna mengukur kepadatan, temperatur dan kecepatan ion dan elektron yang terkumpul melalui semburan gas tersebut.<br />
<br />
Cassini adalah gabungan proyek NASA, Agensi Ruang Angkasa Eropa dan Agensi Ruang Angkasa Italia. Proyek tersebut merupakankesuksesan besar bagi ilmuwan Eropa dan Amerika Serikat sejak pesawat ruang angkasa tersebut mengorbit Saturnus dan mempelajari lapisan luar dan bulan planet itu pada tahun 2004.</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-92015463056419003152010-02-08T10:47:00.001-08:002010-02-08T10:47:54.738-08:00Nasa space shuttle Endeavour blasts off<img src="http://gulfnews.com/polopoly_fs/space-shuttle-launch-1.580079!image/1070704696.jpg_gen/derivatives/box_475/1070704696.jpg" width="450">Cape Canaveral: Space shuttle Endeavour is rocketing toward the space station on one of the shuttle program's last scheduled missions.<br /><br />Endeavour and its crew of six blasted off on Monday.<br /><br />The pre-dawn launch was the last one in darkness if the rest of the shuttle schedule holds. Only four more shuttle flights are left.<br /><br />Endeavour is carrying a new room for the International Space Station and an observation deck. These are the last major pieces for the orbiting complex.<br /><br />The shuttle is scheduled to reach the space station on Wednesday. Its flight was delayed a day by cloudy weather.<br /><br />The Obama Administration has yet to provide specifics on what happens after the last mission this fall.<br /><br />Nasa's back-to-the-moon Constellation program is a casualty under the new budget plan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-31062382070587417752010-01-29T04:10:00.000-08:002010-01-29T04:11:51.434-08:00Developer Asked for Bosscha Permission<img src="http://static.panoramio.com/photos/original/1147221.jpg" width="450">The West Bandung Regency government has submitted plans to develop a tourism site around the Bosscha Observatorium, Lembang, to developers.<br /><br />A permit will be issued if the developer obtains a permit from the Bosscha administrator. “We are still evaluating the environmental impact analysis permit. Bosscha determined that the criteria are no dust, no vibration and no light pollution,” said Bambang Subagio, Head of West Bandung Development Planning, in a seminar in Bandung last Wednesday.<br /><br />Bosscha Observatorium Director Hakim L. Malasan said he hoped that the tourism site would not be given a permit.<br />Under the present conditions, sky observation to is hard to conduct because the night sky is getting brighter by lights from residents houses.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-77203689925616657442009-12-27T03:28:00.000-08:002009-12-27T03:34:57.663-08:00Avatar (2009 film)<img src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/b/b0/Avatar-Teaser-Poster.jpg" width="450">Avatar is a 2009 American science fiction film written and directed by James Cameron, and starring Sam Worthington, Zoe Saldaña, Sigourney Weaver and Stephen Lang. The film begins in the year 2154 and focuses on Pandora, a fictional inhabited Earth-like moon in another planetary system. Humans are engaged in mining Pandora's reserves of a precious mineral, while the Na'vi — the sapient race of humanoids indigenous to the moon — resist the colonists' expansion, which threatens the continued existence of the Na'vi and the destruction of the Pandoran ecosystem. The film's title refers to the remotely controlled, genetically engineered human-Na'vi bodies used by the film's human characters to interact with the natives.<br /><br /><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Avatar_(2009_film)">More</a><br /><br /><object width="450" height="340"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/d1_JBMrrYw8&hl=en_US&fs=1&"></param><param name="allowFullScreen" value="true"></param><param name="allowscriptaccess" value="always"></param><embed src="http://www.youtube.com/v/d1_JBMrrYw8&hl=en_US&fs=1&" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="450" height="340"></embed></object><br /><br /><object width="450" height="340"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/EE1IvFDrRUs&hl=en_US&fs=1&"></param><param name="allowFullScreen" value="true"></param><param name="allowscriptaccess" value="always"></param><embed src="http://www.youtube.com/v/EE1IvFDrRUs&hl=en_US&fs=1&" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="450" height="340"></embed></object>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-52058410934927414112009-11-05T13:51:00.000-08:002009-11-05T13:52:04.143-08:00Sekolah Budi Mulia Dua Yogya Jalin Kerjasama dengan Vladislava Praha<img src="http://indomil.files.wordpress.com/2009/05/slv-lapan.jpg" width="450">Ditawarkan konsep sekolah kembar antara Sekolah Budi Mulia Dua (BMD) Yogyakarta dan Vladislava Vancury Praha dengan program awal kunjungan sejumlah siswa dan guru BMD ke Praha pada musim gugur tahun depan.<br /><br />Demikian mengemuka dalam pertemuan Direktur Yayasan Perguruan BMD Yogyakarta Siti Nurnisa Dewanta bersama rombongan dengan Kepala Sekolah Vladislava Vancury, Jiri Kovarik dan stafnya di Praha dalam rangka merintis kerjasama sekolah kembar, Senin (2/11/2009).<br /><br />Sebagai imbal balik, Siti Nurnisa menawarkan program kunjungan balasan bagi guru dan siswa Vladislava Vancury ke BMD di Yogyakarta.<br /><br />Menurut Siti Nurnisa, meskipun BMD baru berusia 22 tahun, namun sekolah dengan 3.000 siswa tersebut memiliki program belajar lengkap dan menarik dengan berbagai aktivitas ekstra kulikulernya.<br /><br />Sementara itu Kepala SMA BMD Yogyakarta Junita Arfani juga menyampaikan harapannya agar siswa-siswa dari sekolahnya dapat berkunjung ke Zbraslav selama beberapa hari untuk mengikuti proses belajar di sekolah tersebut.<br /><br />Selama berada di sekolah Ceko itu, menurut rencana mereka akan memperkenalkan Indonesia, terutama Yogyakarta, melalui kegiatan seni budaya. Siswa-siswi BMD akan mengusung kesenian tradisional seperti pementasan angklung, gamelan, dan tarian tradisional serta menampilkan kemampuan dalang cilik.<br /><br />Mereka juga akan mengajarkan berbagai permainan tradisional anak-anak Indonesia kepada teman-teman baru di sekolah Ceko itu.<br /><br />Jiri Kovarik menerima tawaran tersebut dan menyatakan kegembiraannya karena program sekolah kembar ini baru pertama kali bagi sekolah Vladislava Vancury Praha yang dipimpinnya.<br /><br />Kovarik bahkan menawarkan kepada siswa-siswa BMD untuk tinggal dengan keluarga setempat selama beberapa hari berada di Zbraslav.<br /><br />Terobosan<br /><br />Siti Nurnisa mengatakan bahwa kerjasama dengan Sekolah Vladislava Vancury ini merupakan terobosan pertama pihaknya di Eropa. Sebelumnya mereka telah membuat kerjasama dengan Inuyama Junior High School di kota Inuyama, Jepang.<br /><br />Dikatakan bahwa tujuan membuka kerjasama dengan sekolah di Eropa itu adalah sesuai dengan moto sekolah BMD untuk menjadikan siswa-siswinya sebagai warga dunia.<br /><br />Selama satu hari kunjungan, para pengurus Yayasan Perguruan BMD diajak meninjau sistem belajar mengajar dalam kelas di Vladislava Vancury. Rombongan dari Yogyakarta ini diberi kesempatan berinteraksi dengan murid murid Sekolah Vladislava Vancury yang tengah belajar Bahasa Inggris.<br /><br />P to P<br /><br />Kerjasama sekolah kembar BMD Yogyakarta dengan Vladislava Vancury menurut Korfungsi Pensosbud Azis Nurwahyudi akan semakin mengeratkan hubungan siswa Ceko dan Indonesia.<br /><br />"Bagi KBRI Praha, kegiatan tersebut merupakan implementasi dari kebijakan pemerintah untuk semakin mendekatkan hubungan people-to-people contact antara Ceko dengan Indonesia," terang Azis.<br /><br />Ditambahkan bahwa kerjasama di bidang pendidikan menengah ini juga melengkapi semua kegiatan yang diselenggarakan oleh KBRI Praha bidang sosial kebudayaan, olahraga, pariwisata dan penguatan hubungan bilateral di bidang politik dan ekonomi.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-28786738912088453302009-10-31T08:22:00.000-07:002009-10-31T08:28:34.630-07:00Boscha Resmikan Teropong Matahari<img src="http://www.kompas.com/data/photo/2008/08/25/210326p.jpg" width="450">Observatorium Boscha di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, resmi mengoperasikan teropong matahari, Sabtu (31/10). Teropong yang dibuat mandiri oleh Institut Teknologi Bandung ini dikhususkan untuk penelitian matahari, khususnya bagian korona.<br /><br />Teropong matahari ini terdiri dari tiga jenis teleskop heliostat yang beroperasi sekaligus secara three in one. Yaitu, visual white light yang dilengkapi filter berkekuatan 10.000 kali, hidrogen alfa, dan kalsium. Ketiga jenis teleskop ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Teleskop hidrogen alfa misalnya, sangat baik untuk melihat ledakan matahari di lapisan korona. Sementara, teleskop berfilter kascium sangat idel untuk meneliti permukaan matahari dan mengamati aktivitas bintik matahari (sunspot).<br /><br />"Teleskop yang kalsium adalah yang pertama di Indonesia. Lapan memang memiliki yang alfa, tetapi katanya kurang maksimal karena sedang bermasalah. Dengan teleskop ini, kita bisa mengamati ledakan matahari dengan sangat baik," tutur Dhani Herdiwijaya dari Astronomi ITB.<br /><br />Clara Yatini dari Bidang Matahari dan Antariksa Lapan membenarkan, keberadaan teropong matahari di ITB diharapkan bisa menopang riset mengenai aktivitas matahari secara lebih baik lagi. Lapan sebetulnya sudah memiliki teropong matahari khusus yang ada di stasiun Tanjungsari, Sumedang, dan Watukosek, Gresik, namun teropong yang ada belum maksimal. "Selama ini, kami lebih sering masih menggunakan yang jenis black and white," katanya.<br /><br />Kepala Observatorium Boscha Taufik Hidayat menuturkan, fasilitas teropong matahari yang dilengkapi dengan rumah teropong ini bisa digunakan lintas lembaga, tidak hanya ITB. "Fasilitas ini dapat digunakan untuk guru, siswa, masyarakat umum yang haus dengan ilmu pengetahuan," tuturnya.<br /><br />Berbeda dengan delapan teropong lainnya yang ada di Boscha, teropong ini dioperasikan secara real time (terus menerus). Data dan citra hasil pemantauan ditayangkan di layar monitor Worlwide Telescope hasil sumbangan Microsoft serta di proyektor yang bisa dilihat langsung oleh pengunjung. "Data di-upload di situs ITB. Jadi, setiap orang bisa mendapat data ini di mana saja," ujarnya.<br /><br />Selain lensa coronado yang dibeli dari luar, baik perangkat teknis maupun sistem operasinya dikembangkan secara mandiri oleh tim dari ITB. Biaya pembangunan rumah teropong maupun teropongnya sendiri mencapai Rp 600 juta. Dana diperoleh dari beberapa sumber, yaitu Pemerintah Belanda, Kementrian Ristek dan Departemen Pendidikan Nasional.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-47470568166027273222009-10-27T12:44:00.000-07:002009-10-27T12:46:32.752-07:00Tim Pemburu UFO Indonesia<img src="http://www.kollectablekaos.com.au/images/avp2-alien-attack.jpg" width="450">Ternyata masalah UFO menarik perhatian masyarakat seluruh Indonesia. Pengamat astronomi, Dedy Suardi mengemukakan Juni 2008 ini pemburu UFO dari seluruh Indonesia akan berkumpul di Bandung.<br /><br />Berkumpulnya para pemburu ini terkait dengan prediksi Dedy bahwa Juni sampai Agustus 2008 penampakan benda asing akan semakin sering. Pengamat luar angkasa dekaligus penulis buku Tafakur di Galaksi Luhur, Dedy Suardi mengajak siapa saja yang penasaran melihat benda asing tersebut untuk datang ke rumahnya di Ciburial.<br /><br />"Juni rencananya UFO hunter sari Yogya akan datang ke rumah saya," ungkap Dedy ditemui dikediamannya di Ciburial, Jumat (4/4/2008).<br /><br />Dirinya sangat percaya dengan UFO walaupun dirinya mengaku belum bertemu langsung. Namun dia memastikan suatu saat hal itu bisa terjadi dan dirinya akan mengabadikan dengan kamera dan handycam.<br /><br />Dedy sangat berharap obsesinya untuk mangabadikan UFO suatu saat akan terwujud. Dia hanya menunggu makhluk tersebut datang.<br /><br />"Saya akan merasa puas kalau ketemu makhluk asing ini yang kata orang-orang banyak bilang," ungkapnya.<br /><br />Ketika ditanya apakah benda asing tersebut setiap harinya ada Dedy menyebutkan hal itu ada. Namun keberadaannya sulit ditemui apalagi jika ditunggu dengan sengaja.<br /><br />"Bisa juga karena feeling, kalau feeling akan muncul maka suka ada yang muncul, namun cepat juga hilangnya," jelasnya. <br /><br />Menurut Dedy, bentuk benda asing yang sering dilihatnya menyerupai cerutu, mangkok atau berbentuk pipih. Dari benda tersebut keluar cahaya putih atau warna oranye.<br /><br />Berdasarkan pengamatannya, benda-benda melintas secara horizontal. Menurutnya, sangat tidak mungkin kalau benda tersebut adalah pesawat domestik karena benda tersebut menukik dengan cepat ke arah kanan mapun kiri.<br /><br /><img src="http://fc09.deviantart.com/fs31/f/2008/234/6/6/Alien_Attack_by_blackbird_art.jpg" width="450"><br /><br />"Ada yang berjalan lurus kemudian berhenti dan lurus lagi. Ada juga yang jalan cepat menukik ke kanan atau ke kiri," papar Dedy.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2596736068816794286.post-14625584055286312852009-10-20T13:18:00.000-07:002009-10-20T13:19:31.263-07:00Satelit Buatan Mahasiswa Indonesia Diluncurkan 2012<img src="http://img.antara.co.id/stockphotos/ilustrasi/orbitsatelit.jpg" width="450">Satelit mini atau nano-satelit buatan mahasiswa Indonesia akan diluncurkan pada tahun 2012, karena pembahasan antarmahasiswa UGM, ITB, ITS, UI, dan PENS ITS serta mahasiswa Indonesia di luar negeri sudah dimulai.<br /><br />"Mulai tahun ini (2009), kami melakukan serangkaian pertemuan dengan mahasiswa dari berbagai kampus," kata peneliti asal Indonesia di TU Delft Belanda, Dedy H.B. Wicaksono, PhD., di Surabaya, Senin.<br /><br />Di sela-sela Lokakarya INSPIRE (Indonesian Nano Satellite Platform Initiative for Research & Education) di PENS ITS, ia mengatakan pertemuan akan berlanjut dengan penelitian secara intensif di Belanda atau di Indonesia.<br /><br />"INSPIRE merupakan forum pertemuan antarmahasiswa dengan berbagai stakeholder dari pemerintah dan lembaga riset untuk mendorong penguasaan teknologi satelit sejak kalangan mahasiswa," katanya.<br /><br />Alumnus Teknik Fisika ITB Bandung (S1) pada tahun 1934-1998 itu menyatakan Indonesia sangat membutuhkan satelit untuk peta hutan, perikanan, bencana alam, kepulauan, kriminalitas laut, dan sebagainya.<br /><br />"Kita sudah memiliki Satelit Palapa dan usianya sudah 30 tahunan. Teknologinya dibuat di luar negeri, sehingga devisa negara akan tersedot keluar dan kita akhirnya tidak memiliki kemandirian," kata alumnus Tokyo University of Technology (S2) itu.<br /><br />Menurut alumnus TU Delft Belanda (S3) itu, satelit yang besar itu membutuhkan dana yang mahal hingga ratusan miliar atau bahkan triliunan, namun nano-satelit hanya berkisar Rp5 miliar dan satelit mini akan bertahan selama kurun tiga tahunan.<br /><br />"Tidak hanya murah, tapi nano-satelit itu sebenarnya dapat kita kuasai dengan mudah, apalagi di dalamnya sudah ada unsur pendidikan, aspek aplikasi teknologi, dan penelitian lintas keilmuan seperti telekomunikasi, elektronika, energi surya, dan sebagainya," katanya.<br /><br />Oleh karena itu, kata penggagas INSPIRE itu, para dosen dapat mendorong mahasiswa telekomunikasi yang selama ini merumuskan tugas akhir (TA) tentang alat-alat telekomunikasi seperti handphone (HP), namun kini dapat mengarahkan TA pada bidang satelit.<br /><br />"Jadi, pembahasan dapat dilakukan pada tahun 2009, lalu tahun 2010 dengan penelitian intensif, bahkan TU Delft sangat senang bila penelitian dapat dilakukan di Belanda, kemudian tahun 2011 dilakukan persiapan dan tahun 2012 ada peluncuran," katanya.<br /><br />Senada dengan itu, Sekretaris Menkominfo, Dr Eng. Son Kuswadi, menyatakan dana pembuatan nano-satelit hanya Rp5 miliar dan bila dimulai dengan pertemuan, penelitian, hingga akhirnya peluncuran nano-satelit, maka akan dibutuhkan dana sekitar Rp10 miliar.<br /><br />"Pembahasan lewat workshop yang melibatkan puluhan mahasiswa dari berbagai universitas itu akan kita lakukan dua kali selama tahun 2009, termasuk pembahasan dengan LAPAN, BPPT, IPTN, Departemen Kelautan dan Perikanan," katanya.<br /><br />Setelah itu, kata dosen robotik PENS ITS Surabaya itu, pembahasan intensif untuk aplikasi akan dilakukan di TU Delft Belanda dan di Indonesia hingga tahun 2011.<br /><br />"Tahun 2012 akan kita lakukan peluncuran, apakah peluncuran akan memanfaatkan lembaga sejenis LAPAN di Indonesia yang sudah memiliki lokasi peluncuran roket atau mungkin LAPAN juga sudah siap pada tahun itu," katanya.<br /><br />Ia menambahkan pemanfaatan nano-satelit itu akan diaplikasikan untuk fungsi telekomunikasi di saat bencana alam dan pencegahan pencurian ikan. "Nantinya, bisa juga untuk sensor cuaca," katanya.Unknownnoreply@blogger.com0