WAHANA antariksa Voyager 1 dilaporkan telah keluar dari sistem tata surya dan memasuki ruang interstellar. Posisi wahana milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ini menjadi perdebatan panjang sebelumnya, khususnya mengenai batas tata surya. Berlayar sejauh 1 miliar mile, wahana yang diluncurkan tahun 1977 ini dianggap merupakan salah satu kedigdayaan teknologi AS.
Pesawat in meluncur 37.000 mile per jam dan membutuhkan 17 jam agar komunikasinya sampai ke bumi, melalui jaringan komunikasi Deep Space Network (DSN). Selain AS, negara China, Rusia, Eropa dan India juga mempunyai DSN sendiri. DSN India berpusat di Byalalu, Bangalore.
Selain interstellar probe, tantangan bagi ilmuwan ke depannya adalah mengirimkan wahana yang dapat berkelana antar galaksi atau dikenal dengan istilah intergalactic probe.
"Ilmu yang kami dapatkan kembali dari Voyager, akan mengubah apa yang kita tahu mengenai jagat raya, karena kita tidak tahu banyak mengenai luar sistem tata surya. Kita belum pernah ke sana sebelumnya," kata David Alexander, kepada Institut Antariksa di Rice University, dilansir ABC News, Jumat (13/9).
Untuk mendukung misi dalam waktu panjang, Voyager 1 menggunakan tiga generator nuklir termoelektrik radioisotop (RTG). Setiap MHW-RTG berisi 24 oksida plutonium-238. Ketiga generator RTGS itu menghasilkan 470 watt tenaga listrik pada saat peluncuran, dengan sisanya hilang sebagai limbah panas.
Output energi RTGS mengalami penurunan dari waktu ke waktu (berkurang separuh setiap 87,7 tahun), tetapi RTGS dari Voyager 1 akan terus mendukung beberapa operasinya sampai sekitar tahun 2025.
"Ini merupakan langkah bersejarah dan membuatnya lebih menarik karena menandai permulaan era eksplorasi Voyager, sebuah eksplorasi antariksa di antara bintang-bintang," kata Ed Stone, ilmuwan proyek Voyager, sebagaimana dilansir CBS News, Jumat (13/9).
Sumber: Jurnas
Pesawat in meluncur 37.000 mile per jam dan membutuhkan 17 jam agar komunikasinya sampai ke bumi, melalui jaringan komunikasi Deep Space Network (DSN). Selain AS, negara China, Rusia, Eropa dan India juga mempunyai DSN sendiri. DSN India berpusat di Byalalu, Bangalore.
Selain interstellar probe, tantangan bagi ilmuwan ke depannya adalah mengirimkan wahana yang dapat berkelana antar galaksi atau dikenal dengan istilah intergalactic probe.
"Ilmu yang kami dapatkan kembali dari Voyager, akan mengubah apa yang kita tahu mengenai jagat raya, karena kita tidak tahu banyak mengenai luar sistem tata surya. Kita belum pernah ke sana sebelumnya," kata David Alexander, kepada Institut Antariksa di Rice University, dilansir ABC News, Jumat (13/9).
Untuk mendukung misi dalam waktu panjang, Voyager 1 menggunakan tiga generator nuklir termoelektrik radioisotop (RTG). Setiap MHW-RTG berisi 24 oksida plutonium-238. Ketiga generator RTGS itu menghasilkan 470 watt tenaga listrik pada saat peluncuran, dengan sisanya hilang sebagai limbah panas.
Output energi RTGS mengalami penurunan dari waktu ke waktu (berkurang separuh setiap 87,7 tahun), tetapi RTGS dari Voyager 1 akan terus mendukung beberapa operasinya sampai sekitar tahun 2025.
"Ini merupakan langkah bersejarah dan membuatnya lebih menarik karena menandai permulaan era eksplorasi Voyager, sebuah eksplorasi antariksa di antara bintang-bintang," kata Ed Stone, ilmuwan proyek Voyager, sebagaimana dilansir CBS News, Jumat (13/9).
Sumber: Jurnas
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !