Headlines News :
Home » , » Benarkah Zia-Ul-Haq Ikut Melawan Indonesia?

Benarkah Zia-Ul-Haq Ikut Melawan Indonesia?

Written By Redaksi on Tuesday, November 13, 2012 | 4:48 AM


SYAHDAN, hari ini 67 tahun yang lalu tepatnya pada 10 November 1945, Indonesia mengalami pertempuran berat atas invasi Belanda melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang membonceng tentara sekutu yang dipimpin oleh Brigjen Mallaby, dengan memimpin 6000 tentara Inggris.

Pasukan ini mendarat di Pelabuhan Tangjung Perak, Surabaya pada 25 Oktober 1945, hanya 53 hari setelah Indonesia menyatakan merdeka pada 17 Agustus sebelumnya. Salah pasukan yang mendarat itu adalah komandan pasukan Gurkha, pasukan khusus Inggris pada saat itu, bernama Zia-ul-Haq.

Menurut bookrags.com, Zia yang lahir 1924 ini pernah bertugas di Burma, Malaysia dan Indonesia pada akhir perang dunia ke-2 setelah menamatkan pendidikannya di Royal Indian Military Academy di Dehradun. Sarjanan lulusan Universitas Delhi dari St. Stephen's College, sebuah lembaga pendidikan untuk warga Kristen ketika penjajahan Inggris ini, kemudian bergabung dengan angkatan bersenjata Pakistan setelah India mengalami partisi dan menjadi salah satu presiden pada tahun 1978-1988




Tidak ada informasi yang jelas, apakah Zia juga bertugas di Surabaya. Namun berbagai situs sosial menceritakan, Zia, yang saat itu masih berusia 21 tahun, pernah menolak perintah perang dari komandan Inggrisnya karena tidak ingin melawan pasukan dan rakyat Indonesia pada invasi tersebut. Amukan rakyat Surabaya pada hari yang bersejarah itu bahkan menewaskan dua jenderal sekutu yakni Eric Carden Robert Mansergh dan Jenderal Mallaby.

Hebatnya, perlawanan rakyat alias arek-arek Surabaya itu hanya beberapa saat setelah sekutu memenangi perang dunia ke-2. Melalui utusannya, Presiden Sukarno berhasil memancing jiwa kesatria orang Surabaya. "Apakah hukumnya membela tanah air? Bukan membela Allah, membela Islam, atau membela Al Quran. Sekali lagi, membela tanah air?" tanya Sukarno provokatif dengan nada filosofis kepada Hasyim Asy'ari di Pesantren Tebuireng, Jombang.

Mbah Hasyim meresponnya dengan memerintahkan KH Wahab Chasbulla, KH Bisri Syamsuri, dan kiai lain untuk mengumpulkan kiai se-Jawa dan Madura. Mereka rapat di Kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), Jalan Bubutan VI/2, Surabaya, dipimpin Kiai Wahab Chasbullah pada 22 Oktober 1945.

Pada 23 Oktober 1945, Mbah Hasyim atas nama Pengurus Besar NU mendeklarasikan seruan 'jihad fi sabilillah', yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad, sebuah istilah yang menakutkan sampai sekarang yang dapat membuat banyak orang kerasukan keberanian seakan seperti siap menerima suntikan massal eutanasia.

Situs teguhtimur.com mencatat, ada tiga poin penting dalam Resolusi Jihad itu. Pertama, setiap muslim baitu tua, muda, dan miskin sekalipun wajib memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indonesia. Kedua, pejuang yang mati dalam perang kemerdekaan layak disebut syuhada. Ketiga, warga Indonesia yang memihak penjajah dianggap sebagai pemecah belah persatuan nasional, maka harus dihukum mati.

Jadi, umat Islam wajib hukumnya membela tanah air. Bahkan, haram hukumnya mundur ketika berhadapan dengan penjajah dalam radius 94 km, jarak yang disesuaikan dengan dibolehkannya qashar salat. Di luar radius itu dianggap fardu kifayah alias kewajiban kolektif, bukan fardu ain atau kewajiban individu.

Orang Surabaya menjadi tidak takut mati dan ini tentunya memberi kemenangan kepada pihak Indonesia yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan itu. Setelah menolak perintah, Zia dikhabarkan kembali ke India dan dicap Inggris sebagai penghianat. Bisa saja pasukan khusus Inggris ini baru sadar bahwa Indonesia sebenarnya mempunyai budaya tidak takut mati ketika terjepit, seperti halnya yang diceritakan sejarah di Bali dan berbagai daerah, saat rakyat berebut maju menyambut tembakan senapan untuk mati karena tidak ingin dijajah.

Pada saat menjadi presiden, Zia merupakan tokoh kotroversial. Dia berhasil membangun Pakistan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yang belum dapat diulang sampai sekarang. Dia juga berhasil menjalin hubungan baik dengan negara yang bukan mitra AS pada perang dingin seperti China dan juga negara seperti Israel. Dia juga merupakan sekutu Amerika Serikat dalam membendung pengaruh Uni Sovyet di Asia Selatan dengan keterlibatannya di Afghanistan. Ntah kenapa, dia ini juga yang disebut bertanggung jawab, dengan dukungan AS, Barat dan Arab Saudi, memobilisasi perlawanan rakyat Afghanistan melawan pengaruh Uni Sovyet yang dikenal dengan nama Mujahiddin Afghanistan.

Sumber
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Who We Are

About

Alternate Name: STASPRO. Type: Suborbital Launch Site. Country: Indonesia. Latitude: -7.64635 deg. Longitude: 107.68822 deg.

Sounding rocket launch location known to have been used for 10 launches from 1965 to 2005, reaching up to 191 kilometers altitude.

Pandansimo

Label

bantul (2) berita (4) indonesia (12) internasional (1) lapan (4) Pameungpeuk (7) pesawat (2) roket (8) satellite (3) sejarah (1) spaceport (15) uav (1)

Entri Populer

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Pameungpeuk - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template